Kembali Ke Atas
Beranda
Opini
Negeriku Menangis lagi
Unknown Unknown
Januari 26, 2014

Negeriku Menangis lagi


       Satu bulan ini, tak hentinya media memberitakan keadaan negeri Indonesia yang dulunya subur makmur, bukan lautan, tapi kolam susu, bata dan kayu menjadi tanaman, kini harus menangis karena ulah warga negara bangsa ini yang sudah tidak peduli lagi dengan lingkungannya. Kita lihat disana-sini, bencana silih berganti menimpa bangsa ini. Jakarta ditimpa banji bandang, Manado pun tak luput dari air bah, Kebumen kemarin dan beberapa daerah di Jawa diguncang gempa bumi, kebakaran rumah sakit, Gunung Sinabung yang juga tak selesai mengeluarkan erupsi hebat membuat warga disana bingung, sehingga sedih melihatnya. Sedangkan di sisi lain, para elit politik dengan enaknya menikmati uang rakyat, tak ayal melakukan korupsi berjuta-juta, milyar bahkan trilyun. Ada beberapa orang yang berkata, 
       "Memang ya Dewan Perwakilan Rakyat itu sudah mewakili rakyat, lihat saja ulah mereka di meja dewan. Rakyat mau kaya, sudah diwakili DPR, rakyat mau jalan-jalan ke luar negeri sudah diwakili DPR, rakyat mau rumah mewah juga sudah diwakili DPR, dsb" 
       Sebuah anekdot tersebut kadang membuat telinga geli, hati terenyuh, geram, marah melihat tingkah-polah elit politik yang kian hari kian tak benar saja. Negeri ini menangis, mereka tertawa di atas penderitaan rakyatnya. Mereka seakan tak ingat bahwa rakyat yang dipimpinnya sedang ditimpa kemalangan panjang, dan juga ia pun lupa bahwa ia akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya di Yaumul Hasyr nanti di akhirat. Mereka denga mudah melupakan begitu saja janji-janji dan bualan mereka yang dengan mudah mereka katakan ketika masih kampanye, tetapi realisasinya nihil dan nol besar. Mereka menganggap itu semua sebagai main-main belaka dan juga untuk memperkaya diri mereka sendiri. Pejabat seakan tak peka terhadap segala hal yang terjadi di negeri yang semakin semrawut di semua lininya setiap hari, negeri yang dulu digadang-gadang akan menjadi negara besar, kaya, adidaya, tetapi sekarang kita lihat, bangsa Indonesia bagai penonton di negeri sendiri, menonton dengan enaknya segala hal yang sudah carut marut, tanpa mau melakukan perubahan dan pergerakan sedikit pun. Bangsa ini butuh kader bangsa yang mau repot, bergerak menuju perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Semoga kita termasuk di dalamnya. Salam pemuda, salam perubahan!!!

  

Penulis blog

Terima kasih sudah berkunjung. :)