Kembali Ke Atas
Beranda
My Story
Opini
Nasib Angkutan Umum 'MEMPRIHATINKAN"
Unknown Unknown
Januari 16, 2014

Nasib Angkutan Umum 'MEMPRIHATINKAN"

       
       Hari libur kemarin, tepatnya 14 Januari 2014 pukul 07.00, aku bersama ayah pergi dari Bojonegoro menuju Ngawi menggunakan angkutan umum yaitu bus. Cukup lama aku menunggu bus ini datang. Maklum, kami tidak pergi ke terminal, tetapi pergi ke terminal lama menunggu bis datang dengan asumsi kalau pergi ke terminal kajauhan, belum nanti nge"tem"nya. Setelah sekitar 30 menit, bis yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setalah naik, kuamati sekitar. Oh, miris sekali, ternyata isinya hanya segelintir orang saja alias tidak penuh. Aku merasa kasihan dengan armada tua ini yang masih saja mau "narik" meski kita tahu hasilnya tak seberapa karena penumpang tidak penuh sedangkan setoran tetap sama dari hari ke hari. Jalan ke Ngawi memang tidak bagus, banyak tambalan disana-sini sehingga membuat kendaraan tidak bisa stabil alias terombang-ambing ke kanan dan ke kiri bak sebuah kapal diterpa ombak di tengah lautan. Jalan ke arah Ngawi sedang dalam perbaikan pihak Exon Mobile. Jalan ke arah Ngawi hanya satu, itu sebabnya, tak jarang kita melihat antrian panjang sehingga menyebabkan macet. Rencana yang kudengar dari ayahku, bahwa nantinya akan dibuat semacam jalan layang seperti yang kita lihat di jalur Surabaya-Malang. Beberapa tahun lagi mungkin jalan ke Ngawi dari Bojonegoro akan seperti jalan tol Surabaya Malang. Tampak di kanan-kiri jalan utama lahan digusur, rumah dan toko dihancurkan untuk memperlebar jalan dan membuat jalan provinsi. Ya, tunggu saja nanti. Selain itu, yang sedikit aneh, dalam hal perbaikan ini, tampak pihak Exon Mobile terkesan setengah-setengah karena jalan yang diperbaiki sampai saat ini masih beberapa meter saja, bila kita melalui jembatan kecil, maka jalan belum diperbaiki, masih jelek. Khusnudzon saya, mungkin mereka mau memperlebar jalan yang melalui jembatan ini terlebih dahulu, karena memang setiap jembatan terkesan sempit dan sangat riskan bila dilalui oleh 2 kendaraan dari arah yang berbeda. Sesampainya kami di terminal Ngawi. Kulayangkan mata mengitari sekitar. Kulihat terminal ini seperti terminal mati, hanya beberapa armada saja yang ada di peron. Peron sudah tidak difungsikan lagi persis di terminal-terminal lainnya. Kondisi jalanan sekitar terminal tampak rusak dilewati armada setiap harinya. Toko dan kios begitu sepi. Aku sempatkan untuk ke belakang.Disana, masih kudapati seorang penjaga kamar mandi yang senantiasa di situ tak mau meninggalkan pencahariannya. Mungkin, itulah satu-satunya cara ia untuk menyambung hidup yang begitu keras persaingannya seperti sekarang ini. Setelah usai buang hajat, aku lihat sekitar kembali, kupotret sekitar sebelum akhirnya kutinggalkan terminal mati yang konon dibangun pada masa SBY beberapa tahun yang lalu tetapi sekarang memang sudah tidak difungsikan kembali. Kutinggalkan terminal itu lalu pergi menunggu armada menuju Simo. 

       Setelah naik armada yang kami tunggu-tunggu, kulayangkan kembali ke seisi bus itu, oh, hanya kulihat 3-5 orang saja yang ada. Tak tahu apa sebabnya, apa mungkin karena hari ini hari libur sehingga orang begitu malas untuk keluar dengan angkutan umum. Sesampai kami di Pehnangka, Penthuk, Paron, Ngawi, kami menemui mbah Islami yang memang sudah beberapa bulan mengidap penyakit Parkinson. Sebuah penyakit yang kuketahui penyebabnya atau bermula dari tangan yang bergetar ketika tidur. Kupandang nenek dengan penuh kesedihan, wajahnya yang sudah keriput mengingat usianya yang sudah semakin menua, tangannya yang terus bergetar setiap saat, terus ngomel sendiri tidak jelas sehingga menyebabkan orang yang mendengarnya malas untuk beada di sekelilingnya. Baru minta minum beberapa saat sudah minta minum lagi, terkadang minta dimiringkan, baru 5 detik sudah minta dibaringkan lagi seperti semula. Memang, tak mudah memahami penyakit Parkinson ini. Selain memang tidak ada obat yang benar-benar bisa membuat penyakit ini enyah dari tubuh pengidapnya, efek yang ditimbulkan begitu berbahaya. Obat yang ada hanya berfungsi sebagai pengurang gemetar, pengurang emosi, dsb. Karena bosan, aku dan ayahku mencari nangkan yang ketepatan waktu itu ternyata sudah terlalu masak sehingga sampai membusuk. Tapi tak apalah, yang penting bisa pesta nangka meski hanya beberapa buah saja yang bisa kami makan dari keseluruhan nangka. Siangnya, usai sholat Dzuhur dijamak dengan Ashar, aku dan ayahku memberi makan ikan-ikan lele di tambak milik Mas Usin di belakang rumah nenek. Setelah dirasa cukup, kami pamit pulang ke Bojonegoro. Di tengah jalan sebelum kami jauh dari rumah nenek, aku teringat bahwa jam tanganku tertinggal di WC ketika aku buang hajat tadi. Dengan langkah yang agak kupercepat, aku ambil jam tangan yang ada di WC dan segera saja minta pamit dan segera menyusul ayahku untuk kemudian kami menunggu bus menuju Bojonegoro. 
       Setalah beberapa saat, bus yang kami tunggu akhirnya datang juga. Sesampai di Plaza, kami turun untuk menunggu armada lagi menuju Bojonegoro karena armada sebelumnya harus menuju terminal. Setelah menunggu sekitar 45 menit, sampai garing karena cuaca yang memang cukup panas pada waktu itu. Pukul 16.00 kami berangkat menuju Kota Angling Dharma. Sopir bus ini masih muda sehingga menyetirnya sedikit ugal-ugalan. Kulihat seorang wanita yang duduk pas di belakang kursi sopir wajahnya begitu pucat, matanya sedari tadi merem-melek menahan rasa sakit dan perih karena goncangan kendaraan yang begitu kuat pada waktu itu. Kulihat sekelebat, ehm, cantik juga perempuan ini, tapi kuamati lagi kelihatannya ia sudah punya istri. Beberapa saat kemudian, masuk 2 orang perempuan, salah satunya berdiri tepat di arah jam 1 dari tempat dudukku. Kuamati perempuan ayu itu berdiri dengan gaun coklat berpadu jilbab coklat membuatnya semakin anggun. Jilbabnya yang tak seluruhnya menutupi dadanya membuat hati ini dag dig dug dan segera saja mata ini mengalihkan pandangan ketika sekejap saja ia tahu aku memandangnya. Lalu, aku tertidur beberapa saat dan kuketahui ketika aku sudah terbangun sadar, perempuan berjilbab coklat itu tenyata sudah turun. Sembari menunggu sampai, kulihat kanan-kiri jalan yang sedang dalam proses perbaikan. Akhirnya kami sampai di Bojonegoro pada pukul 18.00. Sesampai di rumah, langsung saja kami sholat maghrib, lalu sholat Isya' dan keluar sebentar untuk membeli kebutuhan sehari-hari di Samudra. Kemudian alhirnya kami terlelap ke alam mimpi. 
       Kembali ke masalah armada atau angkutan umum yang kian hari kian memprihatinkan keadaannya. Semakin sedikit sekarang ini, orang yang mau naik kendaraan umum karena satu dan lain hal. Pertama mungkin faktor keamanan, lalu kenyamanan, waktu, uang, dsb. Mereka lebih memilih untuk naik kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil yang mereka bisa lebih merasa nyaman dan aman. Semoga ini bisa menjadi renungan kita bersama.        

MUHAMMAD AMIN

Penulis blog

Terima kasih sudah berkunjung. :)