Salah satu sifat orang yang susah untuk
sukses adalah mereka yang selalu mencari alasan ketika mereka menerima amanah
atau diberi suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Misal saja tugas UTS yang
harusnya dikumpulkan minggu depan, masih minta diundur lagi. Padahal sudah
jauh-jauh hari tugas UTS tersebut diberitahukan. Mereka akan mengeluarkan 1001
macam alasan. Secara tidak sadar, alam bawah sadar mereka tidak pernah berada
di bawah tekanan. Mereka terlampau nyaman dengan apa yang mereka jalani
sekarang. Tak mau sesekali melompat lebih tinggi, melebihkan usaha agar hidup
ini lebih bermakna.
Tidak ada orang sukses yang instan. Kalau
memang ada, biasanya tak bertahan lama. Lalu, mereka akan dikalahkan oleh
konsistensi orang-orang yang terus menjalankan ritual kedisiplinan menuju
kesuksesan. Bahkan, setelah mencapai satu kesuksesan, orang sukses akan segera
mencari target-target selanjutnya dan mencoba mewujudkannya dengan cara yang
sama. Taka da rasa bosan, apalagi lelah. Mengapa? Mereka begitu memahami bahwa
hidup ini terlalu singkat untuk digunakan berleha-leha. Hidup hanya sekali,
hiduplah yang berarti kata orang bijak. Banyak karya akan dihasilkan ketika
orang lain banyak mencibir karyanya sedangkan mereka tak lebih dari sekadar
menghina tanpa mencoba melakukan usaha yang sama atau melebihkan usaha di atas
orang yang mereka hina. Mereka sesungguhnya iri dengan kesuksesan orang
karyanya sudah menyebar kemana-mana sedangkan mereka hanya mampu menjadi
penonton.
Sekarang coba renungkan. Kita adalah
makhluk-Nya yang telah diciptakan dengan berbagai kelebihan sebagai pemakmur
muka bumi. Lalu, pertanyaannya, sampai saat ini apa saja yang telah kamu
lakukan untuk ikut serta memakmurkan bumi-Nya? Apakah kamu hanya duduk manis di
halaman rumah setiap pagi, menikmati kopi yang terhidang sambal membaca koran?
Apakah kau sudah mencoba memberikan kontribusi nyata? Setidaknya satu
pencapaian yang cukup fenomenal dalam kehidupanmu. Nikmat akal yang hanya
dianugerahkan Allah kepada manusia seharusnya digunakan sebaik mungkin. Salah
satu bentuk mensyukurinya adalah mencari ilmu selagi kita hidup. Ilmu didapat
dari mana saja, tidak hanya dari dalam kelas.
Sedikit cerita, bagi saya yang sekarang
sedang menempuh studi pascasarjana, saya cukup bersyukur bisa melakukannya.
Lagi-lagi satu impian saya kembali terwujud. Satu buah hadiah indah dari usaha
panjang selama empat tahun berkutat di dunia perkuliahan sarjana. Sebagai balas
budinya, saya harus serius. Saya tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini begitu
saja. Sungguh masih banyak kawan-kawan di luar sana yang mencoba untuk kuliah
pascasarjana tapi tak kunjung mendapatkannya. Lalu, saya menjadi heran tatkala
melihat teman-teman seperjuangan saya sekarang banyak yang dibuai
kenikmatan-kenikmatan sesaat yang bisa jadi akan sangat berbahaya bila
diteruskan. Saya sendiri sibuk, tapi nyatanya masih bisa menyelesaikan semua
tugas dengan baik. Lalu, kenapa mereka yang sebenarnya memiliki lebih banyak
waktu kosong tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan? Itu
semua kembali pada pola pikir masing-masing orang. Akhirnya, tidak usah banyak
alasan untuk mencapai apa yang kau mau. Tak ada yang tak mungkin selama kita
mau berusaha. Ingat bahwa pepatah pernah mengatakan “Sebesar usahamu, sebesar
itu pula yang kau dapatkan”.
M. Amin | 4 April 2017