Punya pengetahuan saja tidak membuatmu hidup dengan nyaman. Mungkin kau bisa memiliki pangkat dan jabatan tinggi di sebuah perusahaan, tetapi tanpa karakter dan skill yang kau miliki, kau tak akan bertahan lama.
Seorang pemilik perusahaan diberikan pilihan ketika penerimaan karyawannya,
“Siapakah yang Anda utamakan antara orang pintar tapi suka berbohong, dan orang jujur tetapi tidak terlalu pandai?”
Spontan pemilik perusahaan itu menjawab,
“Saya lebih memilih orang jujur meski tidak pintar. Saya bisa melatihnya barang satu dua bulan agar ia mampu beradaptasi dengan baik di perusahaan saya. Tetapi, bila saya memilih yang pandai tapi suka berbohong, maka saya cukup kesulitan untuk mengubah karakter bohongnya menjadi jujur.”
.
.
Dari percakapan di atas, jelaslah bahwa karakter memiliki peran utama di atas kemahiran seseorang dalam menjalani kehidupan di dunia. Maka, bisa kita lihat di negeri kita tercinta banyak anggota DPR yang sesungguhnya secara keilmuan mereka sangat mumpuni, tetapi karena karakter yang terbangun dalam diri mereka kebanyakan adalah jiwa-jiwa yang suka mengambil hak orang lain, maka secara tidak sadar kebiasaan itu terbawa ketika mereka bekerja di DPR.
.
.
Selanjutnya adalah skill atau keterampilan. Keterampilan di sini adalah suatu hal di luar kemahiran yang mampu menunjang kehidupan manusia, misalnya ia sarjana psikologi tapi ia terampil memasak, berbicara di depan orang banyak, memimpin sebuah kelompok, dsb. Setidaknya setiap orang memiliki satu keterampilan ini karena bisa jadi sangat membantu untuk masa depannya. Saya perhatikan banyak sarjana yang akhirnya bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Misal saja sarjana Bahasa Inggris yang bekerja menjadi tukang service handphone. Saya kira banyak sekali yang seperti ini.
.
.
Tetapi di luar sisi pekerjaan, sesungguhnya keterampilan seperti kepemimpinan, bekerja sama dan berbicara di depan umum menjadi sangat penting ketika kita berada di tengah masyarakat. Misal saja ketika akan dilaksanakan sholat jumat di buah masjid di pinggiran kota, ternyata sang khotib berhalangan hadir karena satu dan lain hal. Maka, jika satu orang di antara jama’ah masjid tersebut ada yang berani maju untuk berkhutbah meski mungkin harus membaca maka kejadiannya tidak akan seperti yang pernah terjadi di banyak masjid, yaitu sholat jum’at diganti dengan sholat dzuhur karena tidak ada yang mau berkhutbah.
.
.
Dari paparan di atas, maka jelas bahwa peran karakter dan keterampilan dalam kehidupan ini sangat penting disamping ilmu yang telah kita kuasai sesuai bidang kita masing-masing. Maka, setidaknya milikilah karakter-karakter positif, kesampingkan karakter-karakter negatif dari diri Anda dan mulailah belajar untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang menunjang kehidupan Anda.
Salam inspiratif.
@muhamin25 | 18 April 2017