Masih
seperti malam sebelumnya, saya menyempatkan hadir menemani panitia OSAMA selama
kegiatan berlangsung. Menjelang pukul 22.00, saya masih begitu asyik menikmati
obrolan bersama mereka membahas OSAMA, OSIMA, dsb. Baru sekitar lima belas
menit kemudian, saya beranjak pergi untuk mengecek santri khurtum untuk
presensi malam sebelum mereka pergi tidur.
.
Tak
dinyana, di hadapan santri khurtum telah berdiri ustad Halim untuk memberikan
pengarahan. Sama seperti apa yang selama ini beliau lakukan kepada santri
khurtum tahun sebelumnya. Niat saya masuk kamar saya urungkan. Saya ikut
berdiri di belakang ustad Halim sambil terus memikirkan hal positif apa yang
dapat dipetik malam ini. Ustad Halim memang suka memberikan pembinaan mental
bagi santri-santrinya. Saya perhatikan, Beberapa santri tertunduk malu sedang
beberapa yang lain terus memperhatikan dengan kepala tegak. Saya yakin dib
benak mereka sedang berkata,
“Ini
ustad baru ngapain sih marah-marah. Ustad Amin aja nggak pernah kayak gini.”
Mereka
tentu belum tahu watak setiap ustad disini. Tapi saya yakin, lambat laun mereka
akan mengerti. Mereka akan banyak belajar. Belajar tentang bagaimana memaknai
kehidupan, bagaimana membaca situasi dari sudut pandang yang berbeda. Supaya
tak mudah membenarkan pendapat sendiri dan menyalahkan pendpat orang lain.
.
Setelah
puas memberikan pengarahan kepada santri dan para santri mengangguk tanda paham,
ustad Halim pun undur diri. Giliran saya kemudian yang memberikan semacam closing
statement dari apa yang terjadi malam ini. Saya katakan kepada mereka,
“Jadi,
dari apa yang telah disampaikan ustad Halim tadi, saya teringat salah satu
kalimat bijak yang pernah say abaca dari sebuah buku. Tertulis disana bahwa ‘ada
tipe belajar yang lebih ampuh daripada belajar seperti normalnya orang belajar
di dalam kelas, yaitu belajar dari kesalahan yang kita sendiri atau orang lain
lakukan. Hal itu akan lebih membekas supaya tidak lagi terulang kesalahan
serupa. Jadi, saya harap adik-adik sekalian memaklumi hal ini. Kalian hidup di
ma’had tidak hanya diajari ilmu-ilmu eksak dan agama. Di sini juga diajarkan
pendidikan mental yang tak kalian dapatkan dari bangku sekolah. Semoga kalian
paham.”
Dari
pertemuan malam ini dapat diambil kesimpulan bahwa adanya ma’had bagi para
santri tidak hanya ditujukan untuk belajar perihal saintifik dan agamis
dogmatis, namun lebih daripada itu, ada pembelajaran mental, kesederhanaan,
kemandirian, dan nilai-nilai luhur kehidupan yang sesungguhnya tak pernah
didapat dari buku teks pelajaran di kelas atau bangku kuliah.
.
@muhamin25
| #day19 #dailywritingchallenge #180717