Kembali Ke Atas
Beranda
Renungan Kehidupan
Disini Bukan Tempatnya Yang Bermental Tempe
Muhammad Amin Muhammad Amin
Juli 18, 2017

Disini Bukan Tempatnya Yang Bermental Tempe


Masih seperti malam sebelumnya, saya menyempatkan hadir menemani panitia OSAMA selama kegiatan berlangsung. Menjelang pukul 22.00, saya masih begitu asyik menikmati obrolan bersama mereka membahas OSAMA, OSIMA, dsb. Baru sekitar lima belas menit kemudian, saya beranjak pergi untuk mengecek santri khurtum untuk presensi malam sebelum mereka pergi tidur.

.
Tak dinyana, di hadapan santri khurtum telah berdiri ustad Halim untuk memberikan pengarahan. Sama seperti apa yang selama ini beliau lakukan kepada santri khurtum tahun sebelumnya. Niat saya masuk kamar saya urungkan. Saya ikut berdiri di belakang ustad Halim sambil terus memikirkan hal positif apa yang dapat dipetik malam ini. Ustad Halim memang suka memberikan pembinaan mental bagi santri-santrinya. Saya perhatikan, Beberapa santri tertunduk malu sedang beberapa yang lain terus memperhatikan dengan kepala tegak. Saya yakin dib benak mereka sedang berkata,
“Ini ustad baru ngapain sih marah-marah. Ustad Amin aja nggak pernah kayak gini.”
Mereka tentu belum tahu watak setiap ustad disini. Tapi saya yakin, lambat laun mereka akan mengerti. Mereka akan banyak belajar. Belajar tentang bagaimana memaknai kehidupan, bagaimana membaca situasi dari sudut pandang yang berbeda. Supaya tak mudah membenarkan pendapat sendiri dan menyalahkan pendpat orang lain.
.
Setelah puas memberikan pengarahan kepada santri dan para santri mengangguk tanda paham, ustad Halim pun undur diri. Giliran saya kemudian yang memberikan semacam closing statement dari apa yang terjadi malam ini. Saya katakan kepada mereka,
“Jadi, dari apa yang telah disampaikan ustad Halim tadi, saya teringat salah satu kalimat bijak yang pernah say abaca dari sebuah buku. Tertulis disana bahwa ‘ada tipe belajar yang lebih ampuh daripada belajar seperti normalnya orang belajar di dalam kelas, yaitu belajar dari kesalahan yang kita sendiri atau orang lain lakukan. Hal itu akan lebih membekas supaya tidak lagi terulang kesalahan serupa. Jadi, saya harap adik-adik sekalian memaklumi hal ini. Kalian hidup di ma’had tidak hanya diajari ilmu-ilmu eksak dan agama. Di sini juga diajarkan pendidikan mental yang tak kalian dapatkan dari bangku sekolah. Semoga kalian paham.”
Dari pertemuan malam ini dapat diambil kesimpulan bahwa adanya ma’had bagi para santri tidak hanya ditujukan untuk belajar perihal saintifik dan agamis dogmatis, namun lebih daripada itu, ada pembelajaran mental, kesederhanaan, kemandirian, dan nilai-nilai luhur kehidupan yang sesungguhnya tak pernah didapat dari buku teks pelajaran di kelas atau bangku kuliah.
.

@muhamin25 | #day19 #dailywritingchallenge #180717 

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)