Kembali Ke Atas
Beranda
Renungan Kehidupan
Bahagia Itu Sederhana
Muhammad Amin Muhammad Amin
Juli 01, 2017

Bahagia Itu Sederhana


Semalam rasanya saya dapat kabar bahagia. Pasalnya, salah satu teman semasa MI dulu melanjutkan kuliah pascasarjananya (magister) di UIN Maliki Malang, kampus yang sama denganku. Dia bertanya seputar pendaftaran dan serba-serbi pascasarjana padaku. Dengan senang hati aku menjawab dan menanggapi pertanyaannya.

.
Bagiku, bahagia begitu sederhana. Misalnya saja dapat bertemu kawan lama. Entah kawan semasa MI, SMP, MAN, atau kuliah dimana saja. Bahagianya mungkin tak bisa dinilai dengan uang, namun kebahagiaan dan kedamaian hati sebab setelah sekian lama terpisah akhirnya dapat berjumpa kembali rasanya melebihi kenikmatan uang berapa pun besarnya. Kisah lainnya adalah pagi hari kemarin saya mencoba membuat grup whatsapp beranggotakan teman-teman MIN saya. Harapan saya tak lain tak bukan sekadar menyambung tali silaturrahim yang telah lama renggang sebab tak lagi berjumpa dan bertatap muka secara langsung layaknya zaman sekolah dahulu. Beberapa kawan memberikan respon positif dengan mengomentari kiriman awal saya. Meskipun beberapa lainnya memutuskan untuk keluar entah apa alasannya. Apa pun alasannya, semoga jalinan ukhuwah tak pernah putus hanya karena tak lagi satu grup di media sosial. Saya sendiri berinisiatif membuat grup-grup teman-teman alumni yang tersebar mulai facebook, line dan whatsapp tak lain tak bukan sebab saya begitu menghargai indahnya pertemanan yang dijalin atas dasar persaudaraan sesama muslim. Sebab itu adalah perintah Rasulullah untuk terus menyambung tali silaturrahim, tidak memutuskannya.
.
Terkadang, teman-teman kita yang meluangkan sedikit waktunya untuk sekadar berkumpul 15 sampai 30 menit untuk reuni adalah mereka yang menghargai nilai persaudaraan. Teman-teman kita yang mentraktir beberapa kawan di hari ulang tahunnya bukan berarti ia mau pamer punya banyak uang, tetapi ia tahu nilai pertemanan jauh lebih erat daripada uang yang selalu diagung-agungkan. Mereka yang terus menasihati melalui tulisan-tulisannya sesungguhnya tidak mau disebut ustadz yang sok alim, tetapi mereka tahu bahwa tugas hamba Allah adalah saling mansihati dalam kebenaran dan kesabaran sampai ajal menjemput. Mereka yang begitu peduli dengan kita tatkala kita susah bukan berarti mereka mengemis peduli kepada kita saat ia nanti ditimpa musibah, tetapi ia tahu betapa berharganya nilai saling tolong menolong terhadap sesama. Dalam hidup, teruslah menebar kebahagiaan kepada sesama supaya kebahagiaan terus semakin berkembang dan meliputi kehidupan kita. Sebab bahagia itulah yang sesungguhnya esensi manusia hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
.

@muhamin25 | #dailywritingchallenge #day2 #010717

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)