Malam ini saya ada jadwal
mengajar kelas intensif Bahasa Arab D. Kelas ini berada tepat di depan ma’had
putri. Baru sekitar 10 menit mengajar, saya mendengar deru sepeda motor tepat
di samping kelas. Karena terkejut, saya menoleh sejenak dan mendapati salah
satu rekan kerja saya mengemudikannya. Sebut saja namanya Indah. Sepertinya dia
mau pulang sebentar karena keperluan penting atau biasanya pulang ke rumah.
.
Awalnya saya biasa saja, tetapi
setelah saya pikir-pikir, Indah masih terhitung bekerja beberapa hari di sini.
Yang saya sayangkan adalah bagaimana mungkin ia keluar dari tempat kerja pada
jam-jam ta’lim. Hendaknya ia tahu bahwa siapa saja dilarang keluar tatkala jam
ta’lim berlangsung. Kecuali memang ada keperluan yang sangat mendesak, dengan
catatan tetap mencari pengganti sebagai antisipasi bilamana ada seseorang yang
punya kepentingan dengannya.
.
Belum lagi masalah berpakaian
yang saya mendapat laporan dari rekan kerja yang lain bahwa ia berpakaian
kurang islami. Sebagai seseorang yang mengajar sudah sepatutnya kita memberikan
contoh yang baik kepada peserta didik. Mulai masalah berpakaian, akhlaq
sehari-hari, dan sebagainya. Mengapa harus memberikan contoh terbaik? Sebab
segala tindak-tanduk seorang guru akan selalu diperhatikan oleh peserta didik
dan lama-kelamaan akan ditiru. Syukur-syukur kalau yang dicontohkan adalah yang
baik-baik, lha kalau yang dicontohkan adalah hal-hal yang kurang baik, tentu
kita tidak mau mendapat apa yang disebut dengan dosa jariyah.
.
Contoh di atas adalah kasuistik.
Artinya, dapat kita bawa pada konteks yang lebih luas. Bahwa dalam hidup, mari
bersama menebar kebaikan dan melakukan kebaikan. Dengan begitu, maka sedikit
banyak orang-orang di sekitar kita akan melirik dan mulai tertarik untuk
melakukan hal-hal yang sudah lama kita biasakan. Ketahuilah bahwa bahasa
perbuatan terkadang lebih ampuh, lebih canggih daripada bahasa lisan dan
tulisan.
.
@muhamin25 | #day26
#dailywritingchallenge #250717