Seiring bertambahnya usia menuju
remaja, kadangkala para remaja dihinggapi rasa ingin merasakan kebebasan. Hal
ini tidak salah, sebab remaja memang masa mengenali diri lebih dalam disertai
dengan pengenalan lingkungan sekitar agar kelak siap berinteraksi dan hidup di
tengah masyarakat.
.
Namun, karena dalih kebebasan
tersebut, para remaja terkesan tak mau diatur. Semua kemauannya harus dituruti
oleh orang tuanya, temannya, adiknya, dst. Kemudian, dibarengi dengan era
digital yang mana segala informasi dapat dengan begitu cepat diakses dan begitu
mudahnya komunikasi, seringkali para remaja juga sekadar menyampaikan hal-hal
informatif terutama kepada kedua orang tuanya. Mereka jarang sekali memohon
izin dan restu tatkala mereka akan melakukan sesuatu atau kegiatan misalnya.
.
Contoh ketika akan mendaki gunung
bersama teman-teman pengurus, seorang remaja mengirim pesan kepada ayahnya,
“Yah, aku mau mendaki gunung
nanti malam.”
Coba pesan di atas diganti dengan
redaksi seperti berikut,
“Yah, malam ini aku mau mendaki
gunung A bersama teman-teman pengurus, menurut ayah bagaimana? Boleh? Kalau
nggak boleh aku nggak akan berangkat.”
Berbeda bukan? Tentu berbeda.
Redaksi pertama hanya informatif belaka. Sedangkan redaksi selanjutnya menggambarkan
seorang remaja yang berusaha untuk meminta izin dan restu dari orang tua dalam
hal ketika akan melakukan suatu kegiatan. Hal inilah yang banyak ditinggalkan
oleh para remaja. Alangkah lebih baiknya, bila mulai sekarang ketika akan
melakukan suatu atau mengambil keputusan penting dalam hidup, cobalah untuk
mengirim pesan atau memberi kabar yang bersifat memohon izin. Bukan apa-apa.
Bukankah kerelaannya adalah kerelaan Allah dan murkanya adalah murka Allah
juga. Mari berusaha bersama-sama meraih ridho Allah, salah satunya melalui
ridho orang tua kita masing-masing
.
@muhamin25 | #day7 #dailywritingchallenge
#060717