Masih seperti malam sebelumnya, saya menyempatkan hadir menemani panitia OSAMA selama kegiatan berlangsung. Menjelang pukul 22.00, saya masih begitu asyik menikmati obrolan bersama mereka membahas OSAMA, OSIMA, dsb. Baru sekitar lima belas menit kemudian, saya beranjak pergi untuk mengecek santri khurtum untuk presensi malam sebelum mereka pergi tidur.
. Tak dinyana, di hadapan santri khurtum telah berdiri ustad Halim untuk memberikan pengarahan. Sama seperti apa yang selama ini beliau lakukan kepada santri khurtum tahun sebelumnya. Niat saya masuk kamar saya urungkan. Saya ikut berdiri di belakang ustad Halim sambil terus memikirkan hal positif apa yang dapat dipetik malam ini. Ustad Halim memang suka memberikan pembinaan mental bagi santri-santrinya. Saya perhatikan, Beberapa santri tertunduk malu sedang beberapa yang lain terus memperhatikan dengan kepala tegak. Saya yakin dib benak mereka sedang berkata, “Ini ustad baru ngapain sih marah-marah. Ustad Amin aja nggak pernah kayak gini.”