Pada suatu senja yang indah,
rintik itu perlahan turun. Satu per satu air menyapa bumi yang sejak seminggu
lalu tak pernah terguyur hujan. Gersang tanahnya mendapat asupan gizi yang
telah ditunggu sekian lama. Bumi begitu berterimakasih kepada langit, meskipun keduanya
tak pernah berjumpa. Tetapi, keduanya begitu solid dalam berkoordinasi
menghadirkan hujan.
.
Bumi dengan kandungan air pada
laut-lautnya menguapkan air ke angkasa. Langit pun merespon dengan cepat.
Diubahnya uap tersebut menjadi air es bahkan salju. Diturunkannya di berbagai
belahan bumi. Ada yang turun begitu deras, meski di beberapa wilayah hanya
gerimis kecil.
.
Para petani bersorak gembira
melihat tanahnya kembali disiram air dari langit. Anak-anak berlarian di bawah
romantisnya air hujan. Ada sepasang kekasih yang terjebak di tengah jalan,
keduanya berbagi keteduhan dengan jaket milik si pria. Sang wanita malu-malu
mendekapkan tubuhnya pada kekasihnya. Ah, begitu romantisnya. Di ujung ruangan,
seorang anak manusia menengadahkan tangan. Merapal doa-doa terbaik untuk diri
dan keluarganya, berharap dikabulkan bersama guyuran hujan yang semakin lebat
di luar jendela kamar.
.
Aku sendiri masih terduduk di
depan meja kantor menuliskan segala hal tentang hujan. Seorang rekan kerja
berkata padaku,
“Ah, hujan cepat reda ya. Aku mau
mengambil jahitan untuk kondangan esok hari”
“Sudahlah, sepertinya hujan
seperti ini akan turun cukup lama. Aku bisa menuliskannya dalam kalimat-kalimat
panjang.”
Dan saya pun menuliskan berbagai
hal yang mampu saya tangkap dari hujan. Meski tidak panjang seperti yang saya
katakan. Paling tidak saya mampu memotret fenomena hujan ini ke dalam deretan
aksara, tidak dengan foto kamera atau pun video handycam untuk dimasukkan ke
dalam status media sosial semacam facebook dan instagram.
.
@muhamin25 | #day28
#dailywritingchallenge #270717