Bagaimana rasanya bekerja dalam
satu tim dengan para senior yang sukanya hanya memerintah ini dan itu sedangkan
dia sendiri tidak pernah mau turun tangan membantu? Kesal bukan? Setiap hari pekerjaannya
hanya mengomel karena kesalahan di lapangan, tetapi ia sendiri tak pernah
melihat langsung bagaimana proses yang terjadi di lapangan.
.
Ketika memasuki dunia kerja,
terkadang kita mendapatkan tanggung jawab untuk menjalankan kegiatan atau pun
program yang kita tidak sendirian dalam mengurusnya. Misalkan kita bersama
rekan kita (berdua atau lebih). Maka, sesungguhnya dengan ketidaksendirian kita
dalam suatu pekerjaan seharusnya membuat pekerjaan lebih cepat selesai daripada
harus dikerjakan seorang diri. Namun, kenyataannya bila kita bersama dengan
orang yang sudah lama bekerja di suatu instansi dan merasa lebih senior dan
ketika itu kita sebagai junior atau orang baru, kebanyakan junior yang akan
meng-handle suatu kegiatan di lapangan. Senior biasanya hanya memberikan
arahan, nasihat, dst supaya acara berjalan dengan baik. Tetapi, memberi arahan
saja itu masih kurang. Kalau kata rakyat jelata kepada wakil rakyat yang
sukanya menyuruh saja, mereka akan dikatakan orang yang tidak merakyat. Sama halnya
dengan senior yang tidak mau ikut campur dengan apa yang terjadi di lapangan,
sehingga membuat junior pontang-panting ke sana-kemari supaya acara berjalan
dengan baik. Padahal, tertulis pada surat tugas bahwa acara A misalnya dipegang
oleh dua orang (senior dan junior), tidak senior atau junior saja. Logikanya,
keduanya harus bekerjasama dengan apik. Senior tidak merasa gengsi turun tangan
membantu juniornya. Sedangkan junior tidak sungkan untuk terus bertanya hal-hal
yang tidak diketahuinya kepada senior. Dengan begitu, tentu suatu agenda akan
berjalan dengan baik serta keharmonisan dalam bekerja antara senior dan junior
akan tercipta dan diharapkan tak akan ada lagi jurang pemisah antara senior dan
junior.
.
@muhamin25
| #day52 #dailywritingchallenge #200817