Kembali Ke Atas
Beranda
Renungan Kehidupan
Kalau Bisa Cepat Kenapa Harus Lambat
Muhammad Amin Muhammad Amin
Agustus 18, 2017

Kalau Bisa Cepat Kenapa Harus Lambat


Mungkin ada yang tidak sepakat dengan judul tulisan ini. Boleh saja, silakan. Judul di atas sesunnguhnya menggambarkan seseorang yang benar-benar menghargai waktu. Coba perhatikan. Berapa banyak janji-janji yang tak dipenuhi tepat waktu? Berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menunggu? Tidakkah itu mengusikmu?

.
Saya yakin kebanyakan orang tidak suka menunggu. Bila memang harus menunggu pun, bila telah sampai pada batas waktu yang ditentukan dan tidak ada kepastian dari yang ditunggu, maka akan timbul perasaan sakit hati. Dalam konteks mengerjakan sesuatu pun, alangkah lebih baik bila kita mampu menuntaskannya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Supaya ada banyak hal lain yang dapat kita lakukan setelahnya. Bukankah Allah telah berfirman dalam Quran supaya apabila seseorang telah selesai dari suatu urusan untuk berpindah pada urusan lainnya? Hal itu menunjukkan bahwa Allah pun menyukai hamba-hambaNya yang dapat menyelesaikan banyak hal dalam waktu singkat. Tapi, bukan berarti karena harus cepat, kita menjadi seenaknya sendiri, teledor, bekerja tidak sesuai aturan, tidak seperti itu. Adanya standar dalam suatu pekerjaan mengajarkan kita bekerja dengan disiplin tinggi, tidak sembrono. Dengan begitu, meski mengerjakan banyak hal dalam waktu singkat, hasilnya juga tetap sempurna.
.
Hari-hari ini, saya sedang sibuk menagih laporan pertanggungjawaban dua kegiatan OSIMA. Saya berikan batas waktu kepada panitia untuk dapat menyelesaikannya. Namun, ternyata setelah batas waktu habis, masih banyak dari mereka yang beralasan ini dan itu sehingga laporan tak kunjung selesai. Saya hanya selalu mengingatkan satu hal pada panitia, bahwa menjadi panitia suatu acara, kita harus bekerja total dan profesional. Tandanya apa? Sala satunya mengerjakan segala tanggungan sampai tuntas (laporan pertanggungjawaban). Bila laporan tidak segera selesai dengan berbagai alasan, berarti kita harus menanyakan komitmen awal kita berada pada suatu kepanitiaan. Benarkah kita ingin belajar menghargai waktu yang ada? Ataukah kita hanya sekadar pamer pernah menjadi panitia A sedangkan pekerjaan kita di dalamnya banyak yang terbengkalai. Semoga ke depan seluruh kepanitiaan kegiatan apa pun dapat bekerja lebih profesional, menghargai waktu yang ada sehingga segala tanggungan dapat selesai tepat waktu dan segera beralih pada kegiatan-kegiatan selanjutnya dengan tenang dan tanpa beban dari kepanitiaan sebelumnya.
.

@muhamin25 | #day50 #dailywritingchallenge #180817

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)