Beberapa saat lalu, aku mendengar kabar
dari seorang adik kelasku MAN 3 Malang bahwa sekarang ini kepala sekolah sedang
menggenjot masalah akademik. Saking semangatnya, sampai-sampai diterapkan
semacam semester pendek semacam di universitas. Aku pun bertanya-tanya,
bagaimana penerapannya pada siswa SMA yang notabene juga masih suka bermain
macam anak SD. Kutemukan jawabnya ternyata siswa yang tidak tuntas di sebuah
mata pelajaran harus menambah jam pelajaran sepulang sekolah.
Namun, yang aku sayangkan adalah ada
sisi lain yang “mati” menurut pengamatanku. Ekstrakulikuler tak ubahnya sebuah
onggokan sampah yang amat sedikit orang mau menyentuhnya. Namun, itulah yang
terjadi. Masih begitu hangat dalam ingatan, ketika aku aktif di pramuka,
keadaan anggota begitu banyak dan aktif. Tetapi, seiring berjalannya waktu,
pergantian rotasi pimpinan dan juga generasi membuat semua itu berubah. Suasana
sudah tak senyaman dulu, sanggar pun sudah jarang dikunjungi kecuali pada saat
hendak mengadakan event besar semacam BFSC atau PERAK LINGGARJATI. Padahal,
kalau sekali lagi amati, betapa banyak orang yang berhasil bukan lewat jalur
akademik. Sebagian mereka mendapatkan pekerjaan dari hal-hal sampingan yang
mereka tekuni meski akademik mereka agak “kocar-kacir”. Jadi, mungkin
yang perlu menjadi perhatian kepala MAN 3 Malang adalah mengaktifkan kembali
ekstrakurikuker. Untuk masalah semster pendek sebaiknya ditiadakan dan mungkin
perlu dicari solusi lain yang lebih baik. Dan satu pesan saya, bagi semua siswa
MAN 3 Malang, seimbangkan sisi akademik, organisasi, ibadah, dan juga bergaul.
Kelak, kalian akan memetik buah yang begitu ranum yang memang bisa jadi masa
ini belum kalian rasakan.