Kembali Ke Atas
Beranda
Islam
No Valentine, I'm A Moslem
Unknown Unknown
Februari 14, 2014

No Valentine, I'm A Moslem

     Awal Februari lalu, saya membuat status di facebook dan twitter yang intinya Selamat datang di bulan penuh cinta. Pada kolom komentar, teman lama, Mabafasa mengatakan untuk tidak membuat status yang terlalu umum, karena memang bulan februari sekarang ini sedang maraknya yang namanya hari valentine atau kasih sayang. Akhirnya, aku merubah status itu menjadi "Selamat datang di bulan cinta #bukanvalentineday". 
       Mengenai hari valentine, anak muda hampir keseluruhan, baik yang non-islam, bahkan yang mengaku beragama islam pun tak mau ketinggalan dengan momen ini. Lalu, bagaimana seharusnya kita sebagai pemuda Islam menyikapi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran serta syari'at Islam ini. Nah, insyaAllah pada postingan kali ini akan saya bahas meski mungkin tidak terlalu banyak dan detail. Hanya pada pokok-pokonya saja. 
       Berbicara masalah sejarah dari Valentine Day, berikut adalah sejarah valentine day yang saya kutip dari blog http://oktymac.blogspot.com/2010/02/sejarah-valentine-world-book.html

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers.”
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Itulah sekilas sejarah mengenai Valentine Day. Dari sejarah tersebut sudah begitu jelas bahwasannya hal ini berasal dari umat Kristiani yang berawal dari Romawi Kuno. Menyikapi hal ini, sebagai orang yang beragama Islam secara kaffah sudah seharusnya kita tidak mengikuti perayaan orang kafir ini. 

Kita lihat hadits Rasul yang artinya "Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum, maka ia termasuk dalam kaum tersebut" Sehingga kita tidak boleh ikut perayaan tersebut karena tentu akan menyebabkan kita menyerupai orang kafir. Begitu pula dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an, Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran ,penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawaban” (Al-Isra: 36). Begitu pula disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 195. "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." Dari ayat tersebut, kita dilarang oleh Allah untuk menjatuhkan diri ke dalam hal-hal yang merusak dri kita sendiri. 
       
Biasanya, yang sering terjadi di hari Valentine adalah sepasang muda-mudi bertemu pada malam tanggal 14 Februari atau 15 Februari. Mereka membawa coklat atau bunga untuk diberikan kepada pasangannya. Yang banyak terjadi, kebanyakan mereka kebablasan sampai na'uudzubillahi min dzaalik mereka melakukan perzinaan secara tidak sadar karena mungkin mabuk dan tak sadarkan diri usai berpesta pora semalaman. Sudah tahu 'kan sekarang bagaimana seharusnya seseorang menyikapi hari Valentine yang diagung-agungkan sebagai hari kasih sayang yang padahal terkadang saya lebih suka menyebutnya dengan hari maksiat internasional. 

Menjelang hari ini, ada juga bencana Gunung Kelud yang memuntahkan lahar dan juga hujan pasir dan debunya yang sampai ke beberapa daerah baik di jawa timur, jawa tengah, bahkan sampai Jawa Barat. Hal ini sebagai tamparan keras bagi kita bahwa kita tidak seharusnya melanjutkan yang namanya maksiat dan sudah saatnya untuk kembali ke jalan Allah dengan menjalankan segala perintahNya. 

Dalam Islam, masalah kasih sayang sesama manusia sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah dan RasulNya agar dampaknya selalu positif kepada semua. Sebut saja semacam kewajiban berzakat, berinfaq dan bersedekah adalah cara-cara yang Allah dan RasulNya ajarkan kepada kita. Selain itu, sebagai seorang mukmin sejati, segala tingkah laku dan ucapan kita jangan sampai membuat saudara kita sesama muslim menderita dan tidak mendapatkan keselamatan, sebagaimana hadits Rasulullah SAW, "Seorang muslim adalah seseorang yang muslim lainnya selamat dari lisannya dan juga tangannya (perbuatannya)"Nah, itulah Islam. Islam selalu membawa ajaran yang membawa keselamatan bagi semua atau biasa kita kenal dengan rahmatan lil 'aalamiin.

Maka dari itu, janganlah lagi kita ikut-ikutan pola hidup, budaya, perayaan orang kafir yang sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam kita. Semoga semuanya sadar usai membaca postingan ini. Semoga bermanfaat. SALAM UKHUWAH ISLAMIYAH. 

Penulis blog

Terima kasih sudah berkunjung. :)