jadikan tauhid sebagai motor
penggerak kehidupan. #virusliberalismediperguruantinggiislam
so characteristic of modern
western civilization, is as unacceptable to christianity as it is to islam or
any other religion, because it is irreligious in its very
essence.#virusliberalismediperguruantinggiislam
(west) her eyes lack of tears of
humanity, because of the love of gold and
silver.#virusliberalismediperguruantinggiislam
Many challenges have arisen in the
midst of man's confusion throughout the ages, but one perhaps more serious and
destructive to man than today's challenge posed by Western Civilization.
#Virusliberalismediperguruantinggiislam
Menurut Al-Attas, bagi Barat,
kebenaran fundamental dari agama dipandang sekadar teoritis. Kebenaran absolut
dinegasikan dan nilai-nilai relatif diterima. Tidak ada satu kepastian.
Konsekuensinya adalah pene-gasian Tuhan dan Akhirat dan menempatkan manusia
sebagai satu-satunya yang berhak mengatur dunia. Manusia akhirnya dituhankan
dan Tuhan pun dimanusiakan. (Man is deified dan Deity humanised). #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Kecenderungan memisahkan ilmu dari
amal dalam studi Islam model orientalis sangat perlu menjadi perhatian kaum
Muslim dewasa ini. Dari hari ke hari di kampus-kampus islam semakin berjubel
alumni studi islam di barat yang terkadang membawa tradisi pemisahan ilmu dan
amal. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
The imitation of Western ways of
life based on their materialistic, pragmatic, and secular philosophies can only
lead to the abandonment of Islam
#MaryamJameela#Virusliberalismediperguruantinggiislam
There is only one genuine revealed
religion, and its name is given as Islam#Virusliberalismediperguruantinggiislam
The modern West is ruled in its
activities and endeavours almost exclusively by consideraton of practical
utility and dynamic evolution. Its Inherent aim is experimenting with the
potentialities of life without attributing to this life a moral reality of its
own... But modern western civilization does not recognize the necessity of
man's submission to anything save economic, social, or national requirements.
Its real deity is not of a spiritual kind: it is comfort. And its real living
philoshophy is expressed in a will for power for power's sake.
#VirusliberalismediPerguruantinggiislam
Peradaban Barat modern, kata Asad,
adalah peradaban yang tidak menolak Tuhan secara tegas. Tapi, tidak ada ruang
untuk Tuhan dalm sistem berpikir barat. "Such an attitude is irreligious
in its very essence," tulis Asad. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Jadi, semangat peradaban Barat
modern adalah semangat untuk menundukkan agama dalam perspektif materialisme
dan relitivisme mereka. Bagi mereka, tidak ada nilai dan kebenaran yang tetap.
Semua nilai harus tunduk pada dinamika sejarah dan budaya. Apa yang baik untuk
suatu tempat, belum tentu untuk tempat lain. Karena itulah, Barat tidak
memiliki standar nilai yang tetap. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Kata Asad, "The imitation -
individually and socially - of the Western mode of life by Muslims is
undoubtedly the greatest danger for the existence - or rather , the revival -
of islamic civilization. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Pola pikir para penganut paham
Islam historis ini sering kontradiktif. Pada satu sisi, mereka menyatakan bahwa
ajaran-ajaran Islam karena merupakan hasil pemahaman para ulama Islam
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits tidak berlaku universal, alias socially
constructed, yakni merupakan hasil konstruk sosial dan budaya Arab yang
patriarkhi. Tapi, pada saat yang sama, mereka mengimani bahwa paham-paham
kesetaraan gender, HAM, demokrasi, pluralisme, dan sebagainya, adalah bersifat
universal dan harus dijadikan sebagai titik acuan dalam memandang segala
sesuatu. Padahal, paham-paham itu juga hasil pemahaman orang-orang Barat yang
tidak lepas dari konstruk sosial mereka sendiri. Paham-paham itu adalah produk
sosial Barat yang traumatik terhadap agama mereka sendiri dan mestinya juga
hanya cocok untuk masyarakat Barat saja. Tapi anehnya, mengapa mereka
memaksakan paham mereka kepada kaum Muslim? #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Dalam bukunya, Risalah untuk Kaum
Muslimin, al-Attas menulis, "Maka agama Kristian, agama Barat -
sebagaimana juga agama-agama lain yang bukan Islam - adalah agama kebudayaan,
agama 'buatan' manusia yang terbina dari pengalaman sejarah, yang terkandung
oleh sejarah, yang dilahirkan serta dibela dan diasuh dan dibesarkan oleh
sejarah. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
Kekacauan ilmu merupakan penyakit
yang berat. Sebab, seseorang yang terkena penyakit ini tidak mudah menerima
informasi baru. Dia menganggap apa yang dipahaminya sudah benar. Bahkan, tak
jarang dia bangga dengan kekeliruan yang diidapnya. Ibarat komputer, sudah
terlalu banyak virus yang masuk sehingga program-programnya sudah rusak. Data
apa pun yang dimasukkan ke dalam komputer yang sudah rusak programnya ini, maka
akan keluar juga produk yang rusak. Jika seseorang terkena penyakit ini, maka
berapa pun jumlahnya ayat Al-Qur'an yang disampaikan padanya, tidak akan
mempan. Sebab, dia sudah memahami bahwa Al-Qur'an itu Kitab yang bermasalah,
produk budaya, dan bukan Kitab Suci. Logika ini dulu yang harus diluruskan
sebelum diberikan ayat-ayat Al-Qur'an
kepadanya.#Virusliberalismediperguruantinggiislam
Menurut Huston Smith,
"Christianity is basically a historical religion... It is founded not in
abstract principles, but in concrete events, actual historical happening. Beban
sejarah dan problem teologis Kristen telah melahirkan 'Kristen-kristen'
(Kristen yang banyak) sehingga satu sama lain, saat ini tidak dapat melakukan
'truth claim.' Tidak ada satu kristen yang punya otoritas untuk menyatakan
benar sendiri. Kebanaran menjadi relatif, menurut masing-masing orang. Kondisi
serupa terjadi pada Buddha, Hindu, dan 'cultural and historical religion'
lainnya. #Virusliberalismediperguruantinggiislam
According to Islamic religious
tradition, religion has forever been the one according to the same eternally.
In other words, all the earlies prophets of Allah have conveyed only one
revealed religion which has known as din al-fithrah...With the dawn of the
final and universal prophet, Muhammad (PBUH), this religion of Allah reaches
its utmost perfection and is declared Islam, the universal religion to all
mankind... Judaism and Christianity are not revealed religions. Both religions
do not even come from Musa and Isa (PBUT). In fact, Allah has never revealed
such religions to these prophets nor authorized them to establish new religions
called Judaism and Christianity.#Virusliberalismediperguruantinggi
Conviction enabled Abraham to wade
into the fire: conviction is an intoxicant which makes man self-sacrificing:
Know you, oh victims of modern civilization! Lack of conviction is worse than
slavery. #Virusliberalismediperguruantinggi
"Apa yang sedang
dipertaruhkan bukanlah hal yang remeh atau tidak berharga. Harta berharga yang
sedang dipertaruhkan itu tidak lain daripada kebenaran itu sendiri. Bukan
sekadar mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi apakah kebenaran itu
memang ada atau tidak!" #Virusliberalismediperguruantinggi
Jika semua itu dibongkar, sehingga
kebenaran pemahaman menjadi relatif, maka bukankah itu sama saja dengan
mengatakan bahwa semua ayat Al-Qur'an itu zhanni? Bukankah itu sama saja dengan
membubarkan Islam? Jadi, selain keliru, cara pandang tentang kebenaran yang
relatif itu juga sangat naif. Ketika seseorang menyatakan bahwa semua pemikiran
manusia itu relatif dan parsial kontekstual, maka ucapan atau tulisan orang itu
sendiri pun merupakan hal yang relatif dan tidak perlu dijadikan pedoman karena
tidak pasti kebenarannya. Dengan kata lain jika seseorang sudah ragu-ragu
dengan kebenaran ucapan atau pendapatnya sendiri, mengapa keraguan itu harus
diikuti oleh orang lain. #Virusliberalismediperguruantinggi
Sebenarnya, sebelum mengambil
konsep-konsep Barat, yang perlu diteliti adalah hakikat dan realitas konsep itu
sendiri. Ilmu-ilmu humaniora di Barat berkembang dari akar pemikiran untuk
menyingkirkan peran agama dari kehidupan mereka. Maka aneh, jika umat Islam
kemudian memungut begitu saja konsep-konsep seperti itu untuk diterapkan pada
kajian Islam. Ada perbedaan yang fundamental antara konsep keilmuan Islam
dengan konsep keilmuan dalam tradisi Barat.#Virusliberalismediperguruantinggi
Dalam acara seminar di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 13 Desember 2008, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud
mempresentasikan makalah bertajuk "Dewesternization and Islamization:
Their Epistemic Framework and Final Purpose". Menurutnya, salah satu
tantangan pemikiran Islam kontemporer yang dihadapi kaum Muslimin saat ini
adalah problem ilmu. Sebabnya, peradaban Barat yang kini mendominasi peradaban
dunia telah menjadikan ilmu sebagai problematis. Selain telah mengosongkan ilmu
dari agama, konsep ilmu dalam peradaban Barat juga telah melenyapkan Wahyu
sebagai sumber ilmu, memisahkan wujud dari yang sakral, meredusir intelek
kepada rasio dan menjadikan rasio yang menjadi basis keilmuan, menyalahpahami
konsep ilmu, mengaburkan maksud dan tujuan ilmu yang sebenarnya, menjadikan
keraguan dan dugaan sebagai metodologi ilmiah; dan menjadikan ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, berubah dengan
abadi. #Virusliberalismediperguruantinggi
Jadi, soal keyakinan umat Islam
dalam soal aqidah, sebaiknya tidak perlu diobok-obok. Sangat ironis jika hal
itu dilakukan oleh satu lembaga yang membawa nama Islam seperti PPIM-UIN. Kita
bisa memaklumi jika ini merupakan satu kekeliruan dan ketidaktahuan yang semoga
segera diluruskan. Tidak ada yang salah dengan setiap pemeluk agama yang
meyakini kebenaran agamanya masing-masing. Itulah ajaran para Nabi. Sebaliknya,
ajaran yang mengajak kepada keraguan adalah ajaran setan. Dan kita berlindung
dari bisikan setan yang menimbulkan waswas di hati
manusia.#Virusliberalismediperguruantinggi
Bibel memiliki karakter yang berbeda
dengan Al-Qur'an, sebab Al-Qur'an sangat ketat dalam memegang autentisitas dan
finalitas tekstualnya. Mereka yang menafsirkan secara tekstual disebut Kristen
fundamentalis dan banyak dikecam oleh kaum Kristen. Tentu ini sangat beda
kondisinya dengan Al-Qur'an dan cara menafsirkannya. Umat Islam dalam
mengharamkan babi, berpegang kepada teks yang jelas, final, dan tetap, tidak
berubah sampai kiamat. Karena ada kondisi yang berbeda antara teks Bibel dan
Al-Qur'an inilah, maka tidak bisa begitu saja kaum Muslim menjiplak metodologi
Bibel untuk menafsirkan Al-Qur'an. #Virusliberalismediperguruantinggi