Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki ghorizah/naluri mencintai satu sama lain. Rasa cinta ini begitu penting dalam kehidupan karena tanpa adanya cinta, maka hidup tentu terasa hampa dan dipenuhi dengan aneka kekerasan yang mungkin akan mewarnai kehidupan fana ini. Rasa cinta harus dikelola dengan benar agar tidak menyeleweng dari syariat agama dan sesuai yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya. Cinta seseorang harus diaplikasikan yang pertama untuk Allah SWT. Caranya dengan mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya seperti mendirikan sholat, membayar zakat, menolong orang yang membutuhkan, dsb. Cinta pada Allah harus diutamakan dan diprioritaskan karena kita tahu Allah lah penguasa alam ini dan Sang Penguasa cinta yang berhak menempatkan rasa cinta dan benci di hati setiap makhlukNya.
Aplikasi cinta kedua adalah kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti sunnahnya, meneladani segala tindak-tanduknya, tidak mengerjakan segala hal yang dilarang olehnya. Rasulullah datang dengan membawa risalah Tuhan dan misi keIlahian yang kala itu dapat memperbaiki segala kebobrokan dan budaya jahiliyah yang sudah mendarah daging. Oleh karena itu, sudah sepantasnya dan seharusnya kita yang mengaku sebagai umat nabi Muhammad SAW harus mau mengikuti ajarannya. Cinta kepada nabi Muhammad SAW menempati urutan kedua yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja dan tidak boleh dikalahkan oleh ego dan kepentingan yang lebih rendah dari itu.
Cinta selanjutnya adalah cinta kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, keluarga, teman sejawat, tetangga, dsb. Cinta ini biasanya terjalin dalam balutan ukhuwah islamiyah dan juga jalinan persaudaraan. Cinta kepada sesama akan menyempurnakan cinta kita kepada Allah dan RasulNya karena Allah memperingatkan di dalam Al-Qur'an untuk senantiasa menyeimbangkan antara hablun minallah (hubungan vertikal dengan Allah SWT) dan hablun minan naas (hubungan sesama manusia). Menyikapi hubungan sesama manusia ini, sudah menjadi kesepahaman kita semua bahwa rasa cinta juga diciptakan antara kaum Adam dan kaum Hawa. Cinta antara laki-laki dan perempuan harus bisa dimanage dengan baik di bawah koridor yang sesuai. Allah telah mengatur segala hal, termasuk di dalamnya aturan yang membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Bila telah mencapai usia matang untuk bersama, maka disunnahkan untuk segera melangsungkan pernikahan. Bila belum mampu, maka rasa cinta itu harus dialihkan pada segala aktivitas yang bermanfaat agar hati dan pikiran tidak senantiasa memikirkan hal-hal yang negatif. Selain itu, puasa juga sangat dianjurkan bagi setiap orang yang ingin menahan nafsunya, terutama bagi mereka yang ingin segera memiliki pasangan hidup.
Namun, amat disayangkan sekali, banyak remaja muda kita sekarang melegalkan yang disebut dengan pacaran. Mereka menganggap pacaran sebagai sebuah ajang untuk ta'aruf dan mengenal lebih jauh sosok yang kelak akan menjadi pasangan hidupnya. Memang, dalam Islam tidak ada aturan yang jelas-jelas melarang pacaran, tetapi perlu diingat lagi bahwa banyak pula larangan Allah yang mengarah pada hal semacam pacaran. Kita lihat firman Allah dalam Q.S. Al-Isra' ayat 32 yang berbunyi
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."(Q.S. Al-Isra' : 32)
Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa sebagai seorang muslim kita harus menjauhi zina. Meski redaksi ayat tersebut menggunakan kata "mendekati" hal itu bukan berarti kita boleh melakukan zina. Pemahaman yang harus kita miliki adalah bahwa kalau mendekati saja dilarang apalagi berzina. Nah, pacaran dapat kita golongkan dalam hal sesuatu yang mendekati zina.
Kita perhatikan apa yang dilakukan muda-mudi tatkala mereka sedang asyik masyuk berpacaran. Awalnya mungkin membicarakan masalah belajar, tetapi akhirnya akan menjurus pada pembicaraan yang banyak berbau hal yang tidak berguna. Lama-kelamaan, mereka akan berani saling curi pandang dengan durasi waktu yang tidak sebentar. Sekelebat kemudian, kedua tangan mereka akan menyatu lekat sekali seperti ada lem antara keduanya sehingga tidak mau melepaskan. Dari sini sudah jelas bahwa pacaran banyak membawa dampak negatif. Syari'at Islam tidak memperbolehkan untuk menyentuh wanita yang bukan muhrim. Hendaknya kita menjauhi hal tersebut. Dari situ tentu akan terjadi banyak hal yang tidak diinginkan.
Maka dari itu, sembari menunggu kejutan dari Ilahi Rabbi, sungguh lebih baik bila kita gunakan masa kita yang kita tidak tahu akan berapa lama hidup di dunia ini, untuk selalu beramal positif. Bunuh waktu kosong dengan membaca Al-Qur'an, membaca buku, menulis sesuatu yang bermanfaat, dsb. Dengan begitu maka cinta kasih kita kepada orang lain akan lebih terasa bermanfaat daripada hanya sekadar dituangkan dalam pacaran yang lebih banyak mudhorot atau bahaya daripada faedahnya. Ingat Firman Allah yang intinya kita tidak boleh menempatkan diri kita dalam suatu bahaya.
Sebagai penutup, semoga kita semua terhindar dari cinta suci yang ternodai dengan hal-hal negatif yang tampak menggiurkan mata dan nafsu. Semoga cinta kita kepada pasangan kita nantinya adalah cinta suci yang selalu berada di atas jalan Allah sebagai jembatan menuju syurgaNya kelak. Wallahu A'lam.