Dik, izinkan mas memanggilmu dengan
panggilan itu ya. Atau kau mau panggilan yang lain, silahkan saja. Yang penting
kita sepakat. Dik, kita memang belum dipertemukan saat ini, tapi boleh kan aku
berpesan beberapa hal kepadamu duhai calon istriku, calon ibu dari anak-anakku.
.
Dik, bila nanti kau jadi istriku, telah
kusiapkan tangan terkuat untuk senantiasa membantu pekerjaan rumahmu. Aku tak
mau menjadi orang yang bersantai-santai sedang kau bertingkah tak ubahnya
pembantu rumah tangga. Tidak. Sama sekali aku tidak mau. Semoga kita bisa terus
bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga berdua.
Dik, mari sama-sama menjaga rahasia
masing-masing. Cukuplah kita simpan sendiri aib-aib itu. Tak perlu kita umbar
kemana-mana. Kau tentu paham kan bahwa bahayanya akan sangat besar bila hal
tersebut kita lakukan? Dik, pahamilah bahwa menjalin kehidupan rumah tangga
tidak hanya sekadar mengubah status kita yang sebelumnya menjadi berpasangan
begitu saja. Tetapi, lebih dari itu. Aku teringat pesan ibuku bahwa kehidupan
rumah tangga yang baik dibangun atas dasar agama. Maka, mari bersama membenahi
pemahaman keagamaan kita berdua. Kuharap bersamamu tahajudku semakin rutin,
subuhku semakin menyejukkan hati. Kau mau kan melakukannya? Bukankah hal ini
yang kita idam-idamkan sejak dahulu?
Dik, kapan pun aku khilaf, jangan pernah
bosan untuk terus mengingatkanku. Begitu pula sebaliknya, aku juga akan terus
mengingatkanmu bila suatu saat kau lupa. Intinya, mari sama-sama mengingatkan
demi kebaikan rumah tangga kita berdua. Dik, bila nanti buah hati kita telah
lahir, mari kita ajari mereka dengan pemahaman Islam yang kuat. Begitu pula
terus kita bimbing untuk senantiasa berada di atas jalan-Nya. Mari bersama kita
doakan mereka menjadi generasi penerus perjuangan agama dan bangsa ini. Sambil
terus kita ikhtiarkan lewat sholat-sholat malam kita, subuh, dhuha dan di keseluruhan
ujung sholat-sholat kita.
.
Dik, pahamilah bahwa kita sama-sama
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak ada satu pun makhluk di atas muka bumi
ini yang sempurna kecuali nabi Muhammad. Maka, sudah selayaknya kita saling
memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari terus berbenah dan
melengkapi satu sama lain. Dik, temani jatuh bangunku nanti ya. Jangan pernah
bosan untuk terus sama-sama menguatkan.
.
Dik, teruslah membersamaiku bagaimana pun
keadaanku. Dalam senang dan dukaku. Aku paham bahwa pernikahan menciptakan kata
“saling”. Saling menguatkan, saling mengingatkan, saling memahami, saling
membantu, dan saling-saling yang lain. Jangan pernah kedepankan ego kita
masing-masing. Akhirnya, semoga keinginan-keinginan kita di masa depan dapat terus
kita sandarkan kepada-Nya agar ketentuan-Nya senantiasa berimbas baik bagi
kehidupan kita berdua. Semoga penantian ini segera berakhir dan kita
dipersatukan dalam mahligai pernikahan yang bahagia.
.
@muhamin25 | 29 April 2017