Seminggu yang lalu, salah seorang adik kelas memohon bantuan kepada seorang kakak kelas yang dianggapnya mampu menyelesaikan masalahnya. Sebut saja adik kelas itu bernama Ayu dan kakak kelas bernama Indra. Indra mahir dalam menerjemah. Ayu butuh bantuan Indra untuk menerjemahkan beberapa tugasnya ke dalam bahasa Arab. Saat itu Indra menyanggupinya.
Memang, seminggu lalu, Indra sedang tidak ada kerjaan yang menyita banyak waktunya. Sehingga, diiyakan saja permintaan Ayu. Tetapi, selama seminggu ini ternyata ada banyak agenda dadakan yang membuat Indra seakan lupa pada janjinya kepada Ayu. Hari ini, Ayu pun menanyakan sudah sejauh mana penerjemahan tugasnya kepada Indra. Indra kelimpungan. Ia cari-cari dokumen Ayu di komputer kesayangannya. Setelah ketemu, ia terjemahkan sekian baris lantas berkata kepada Ayu bahwa ia masih mengerjakan bab 1. Indra berjanji untuk menyelesaikan penerjemahan bab 1 Ahad malam supaya Senin Ayu bisa menggunakan hasil terjemahan tersebut.
Indra merutuki dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa lupa. Tidak biasanya ia seperti ini. Dalam keseharian, Indra terkenal sebagai sosok yang disiplin, mencatat apa yang akan dilakukan seharian, dan melakukan apa yang diagendakan dengan sungguh-sungguh. Tetapi, sudah seminggu ini jadwalnya berantakan. Ada kemalasan yang merongrong dirinya. Pikirannya banyak disita oleh lawan jenis di seberang kota. Ah, benarkah wanita itu penyebabnya?
Tidak sepatutnya wanita itu dipersalahkan. Indra sendiri yang salah. Ia terlalu terbawa suasana hati. Ia tak mampu mengendalikan diri seperti biasanya. Indra meminta maaf kepada Ayu dan Ayu pun memaafkannya. Entah Ayu sungkan dengan Indra, sebab Indra adalah kakak kelasnya. Atau bisa jadi Ayu kesal dengan Indra. Indra pun tak tahu.
Indra seharusnya berani bilang tidak pada Ayu. Mengingat padatnya agenda dua bulan terakhir. Mulai tugas akhirnya yang belum tersentuh, tanggung jawab sebagai pengasuh yang masih kocar-kacir, beberapa kepanitiaan yang juga butuh perhatian ekstra. Indra berharap bisa menyelesaikan semuanya dengan baik dan tuntas.
Jangan pernah malu untuk berkata tidak bila memang kamu tidak mampu. Berkatalah kepada yang meminta tolong kepadamu dengan penolakan yang halus. Saya yakin ia akan memahaminya. Sebab tidak semua permintaan manusia di sekitar kita penuhi. Ada prioritas yang didahulukan, ada hal-hal yang memang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Semoga dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Semua sama-sama untung, semua sama-sama bahagia.
#renungan #08042018