Kembali Ke Atas
Beranda
Pernikahan
Prosa
Renungan Kehidupan
Kekhawatiranku Atasmu
Muhammad Amin Muhammad Amin
April 28, 2018

Kekhawatiranku Atasmu


Ada yang berbeda ketika kutuliskan aksara ini untukmu. Kamu akan selalu menjadi seorang yang senantiasa kukhawatirkan. Kamu menjadi satu sosok yang tak pernah henti kudoakan. Satu orang yang tak akan pernah menyesal ketika diriku mengenalnya.

Adinda. Ada selarik rasa khawatir tatkala tulisan-tulisanku tak berbalas sebagaimana mestinya. Ada selarik kecewa ketika di antara tulisanku ada yang menyinggung hati adinda. Ingatkan kakanda ya dik. Gak usah sungkan.

Ketahuilah adinda, menjadikanmu bahagia sudah dan akan terus kulakukan. Melihat senyum indahmu, meski hanya lewat tulisan atau emotikon bagiku sudah cukup membuat hatiku tenang. Terlebih mendengar suaramu yang merdu, duh, aku di sini merasa tak berdaya atasmu.

Adindaku. Ketahuilah bahwa bila di sana dirimu gundah, hatiku di sini juga resah. Meski aku tak tahu persis apa alasan dan masalahnya. Tetapi, itulah yang kurasakan beberapa kali.

Perihal balasan-balasanku yang kau tak berkenan adanya, aku tak bermaksud menyinggung hati kecilmu. Mohon maaf kalau memang baru sebatas itu aku memberi perhatian padamu.

Ke depan, aku akan sering memberi kabar tentangku di sini. Tak perlu risau. Mungkin beberapa hal tak kuceritakan padamu, tapi percayalah aku baik-baik saja di sini. Senandung doamu sudah cukup menemani keseharianku di sini.

Adinda, kakanda paham bahwa sebagai wanita memang terkadang manja. Itu wajar adanya. Tapi aku yakin adinda mampu mengendalikan dan menempatkan manja sebagaimana mestinya. Tak mengumbarnya berlebihan, pun tak menyimpannya sendirian.

Adinda. Izinkan diriku di sini terus berusaha membahagiakanmu. Apa pun yang bisa kulakukan akan kulakukan selama itu membuatmu di seberang sana bahagia. Mungkin untuk saat ini perhatianku padamu masih kurang adanya. Semoga diri bisa segera memperbaiki dan memperbanyaknya.

Adinda, kesepahaman itu sebuah proses panjang. Tak bisa hanya satu hari atau satu minggu saja. Seperti yang pernah kutuliskan, saling memahami akan terus kita lakukan sepanjang masa. Di sana ada adaptasi dua manusia dari kutub yang berbeda dan mencoba untuk hidup berdampingan, bersama, berkasih sayang dalam payung cinta kepada-Nya.

Terima kasih atas segala pemahaman. Terima kasih atas segala perkenan. Terima kasih atas segala perhatian.

Terima kasih atas segala yang bersama kita usahakan dan doakan.


Dari Kota Hujan Kedua, menantimu di batas waktu. 
Malang, 28 April 2018 05:48 

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)