Sejak kehadiranmu kemarin sore
Aku tak henti-henti berseru
Benarkah ini yang kucari?
Benarkah ini yang ditakdirkan oleh-Nya?
.
Meski raga belum pernah berjumpa
Meski mata belum pernah bersitatap
Bukan berarti kita tak mampu saling mengenal
Bukan berarti tak mampu saling memahami satu sama lain
.
Hadirmu membawa asa
Hadirmu memorakmorandakan orbit semesta
Hadirmu membuatku perlahan mengubah arah
Hadirmu mengusik mimpi indah
.
Tapi tak mengapa
Asal karenamu aku rela
Yang pastinya juga didasari oleh-Nya
Bukan karena nafsu atau cantikmu saja
.
Gundahku hilang sebab dirimu
Semangatku meluap-luap karenamu
Malam-malam kuhabiskan melahap tulisanmu
Dan tiap pagi kuseruput kopi sembari membaca tulisanmu
Lagi dan lagi
.
Di penghujung bulan ketiga
Di pembuka bulan keempat
Kau hadir menghangatkan suasana hati
Kau hadir menguatkan hati yang telah berkali-kali patah ini
.
Terima kasih
Di percakapan selanjutnya
Mungkin aku akan semakin sering berpuisi tentangmu
Tak akan habis kata untuk melukiskan indahmu
Tak purna cerita bila tanpamu di dalamnya
.
Dik, bolehkah aku memanggilmu semacam itu?
Aku tak tahu
Semenjak membaca tulisanmu
Kurasa pencarianku berakhir padamu
Akan segera kumantapkan langkah menujumu
.
Bila niat ini suci karena-Mu
Izinkan hamba menujunya dengan keridaan-Mu
Tuk mengucap janji suci itu
Memutuskan langkah untuk bersatu
.
Meski kutahu
Akan selalu ada batu terjal menghalau
Tetapi aku begitu yakin pada-Mu
Bahwa janjimu untuk menuntun kami tak pernah membuat hati risau
.
Malang, 1 April 2018
Aku tak henti-henti berseru
Benarkah ini yang kucari?
Benarkah ini yang ditakdirkan oleh-Nya?
.
Meski raga belum pernah berjumpa
Meski mata belum pernah bersitatap
Bukan berarti kita tak mampu saling mengenal
Bukan berarti tak mampu saling memahami satu sama lain
.
Hadirmu membawa asa
Hadirmu memorakmorandakan orbit semesta
Hadirmu membuatku perlahan mengubah arah
Hadirmu mengusik mimpi indah
.
Tapi tak mengapa
Asal karenamu aku rela
Yang pastinya juga didasari oleh-Nya
Bukan karena nafsu atau cantikmu saja
.
Gundahku hilang sebab dirimu
Semangatku meluap-luap karenamu
Malam-malam kuhabiskan melahap tulisanmu
Dan tiap pagi kuseruput kopi sembari membaca tulisanmu
Lagi dan lagi
.
Di penghujung bulan ketiga
Di pembuka bulan keempat
Kau hadir menghangatkan suasana hati
Kau hadir menguatkan hati yang telah berkali-kali patah ini
.
Terima kasih
Di percakapan selanjutnya
Mungkin aku akan semakin sering berpuisi tentangmu
Tak akan habis kata untuk melukiskan indahmu
Tak purna cerita bila tanpamu di dalamnya
.
Dik, bolehkah aku memanggilmu semacam itu?
Aku tak tahu
Semenjak membaca tulisanmu
Kurasa pencarianku berakhir padamu
Akan segera kumantapkan langkah menujumu
.
Bila niat ini suci karena-Mu
Izinkan hamba menujunya dengan keridaan-Mu
Tuk mengucap janji suci itu
Memutuskan langkah untuk bersatu
.
Meski kutahu
Akan selalu ada batu terjal menghalau
Tetapi aku begitu yakin pada-Mu
Bahwa janjimu untuk menuntun kami tak pernah membuat hati risau
.
Malang, 1 April 2018