Perihal menulis buku itu, mari segera kita diskusikan. Untuk tulisan-tulisan kita beberapa hari ini sebenarnya bisa juga dimasukkan ke dalamnya. Kita tinggal menggabungkannya, menyusunnya dengan padu lantas berulang kali membaca sambil mengoreksinya. Baiklah, akan kita mulai dengan segera. Masalah teknisnya kita bahas kemudian.
Tentang selarik kepastian itu, usahlah risau. Aku sedang merangkainya dengan indah. Jujur saja, untuk kali ini aku sedang merencanakan semuanya. Aku sedikit gugup, tetapi kuhalau semuanya dan kuserahkan hasil apa pun nantinya pada Sang Maha Pemilik Cinta.
Aku akan menyatakannya segera. Di antara riak suara yang sedikit parau, di antara baris kata yang bisa jadi tercekat, tidak seperti biasanya, di antara pergantian waktu yang terus berjalan maju, juga di antara mimpi dan realita yang kuharap menjadi selaras, sepadan, dan tidak berat sebelah. Kuharap kau siap mendengarnya adinda. Mendengar segala harap kakanda, mendengar setiap kata yang terlontar dengan saksama, memahami setiap aksaranya.
Sebab kau tahu adinda, menuju hari penuh restu itu, selalu mengusikku sepanjang waktu. Membuat keberanianku beberapa kali menciut, tetapi aku harus terus menguatkan diri, berdiri dengan tegak meski terpaan badai di sana-sini. Menuju hari bahagia itu tentu akan banyak cobaan, mari menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Aku yakin kau paham dengan segala yang tertulis hari ini. Mungkin tulisan ini terlihat sedikit emosional atau apalah namanya. Yang pasti mari membenamkan harap pada-Nya, di balik singsingan fajar, di balik terbitnya Sang Surya di ufuk timur, di balik pagi yang sebentar lagi akan pergi, semoga harap ini menjadi nyata, tidak hanya ilusi.
Dari diri yang terus menyulam rindu
Dari diri yang terus diperbaiki menuju hari bahagia itu
Dari Kota Biru, untukmu di kampung halaman yang selalu dirindu.
9 April 2018
Dari diri yang terus diperbaiki menuju hari bahagia itu
Dari Kota Biru, untukmu di kampung halaman yang selalu dirindu.
9 April 2018