Masih hangat dalam
memori bagaimana cinta begitu saja hadir. Malam itu kulayangkan pandangan ke
sekitar sekadar mencari udara segar. Namun, tak dinyana mata ini tertuju pada
sosok indahmu. Sosok yang akhirnya mampu kukenal sejauh ini, menyisakan rindu
di malam-malamku.
Lama aku mencoba
mengobati luka masa lalu. Aku tahu itu tak mudah bagiku. Tetapi hanya dengan
menatapmu malam itu, rasanya aku begitu yakin kau dihadirkan oleh Pencipta alam
semesta untuk membantuku merajut kisah indah sekaligus penawar luka-luka masa
lalu. Kau begitu baik pada orang baru. Aku pun yang biasanya begitu kaku dapat
begitu mudah melancarkan kata-kata. Entah ini perasaan apa. Tapi kurasa ini
yang dinamakan cinta.
Seketika itu, kau
selalu ada dalam rencana masa depanku. Berbagai hal tentangmu kutulis. Aku tak
mau menyia-nyiakan kesempatan yang hadir yang kurasa begitu berharga. Kupikir
waktu itu aku begitu egois. Berharap kisah cinta yang begitu utopis dari wanita
yang kuanggap bisa berbagi mimpi lalu menemaniku meneguk kopi sampai habis.
Temaram lampu malam itu
menemani pertemuan kita. Pertemuan pertama yang begitu sempurna. Malam puncak
orientasi yang begitu berharga, setidaknya bagiku. Seakan temaram lampu itu
menjadi saksi bisu perjumpaan sesaat kita. Karena kuanggap selama ini kaulah
yang kucari dan berharap kau pun mengerti. Semoga kau tak hanya jadi harapan
lalu berakhir menjadi kenangan. Tetapi kau adalah kawan yang pada akhirnya
menemaniku melewati pahit manis kehidupan sampai ajal memisahkan.
M. Amin | 24 Jan 2017