Beberapa hari ini diri ini kembali diingatkan akan kematian. Guru-guru yang saya cintai satu per satu dipanggil ke haribaanNya. Beberapa hari lalu, salah seorang ustadz di Haiah Tahfidz Al-Qur'an UIN Maliki Malang, ustadz Mansyur Thoyyib kecelakaan dan meninggal dunia. Semalam, saya dapat kabar bahwa sore hari kemarin mantan kepala sekolah zaman MIN Kepatihan Bojonegoro awal-awal (masih kelas 1) meninggal dunia. Ya Allah, apakah ini tanda akhir zaman, dimana banyak orang
-orang berilmu atau para ahli ilmu kau cabut nyawanya. Sebagai murid yang pernah diajar semoga kami bisa meneruskan tonggak estafet keilmuan tersebut. Tetapi kami juga takut karena zaman ini fitnah tersebar dimana-mana dan kami masih sangat berharap nasihat-nasihat yang menyejukkan jiwa dari guru-guru kami. Guru-guru keilmuan kami juga uru-guru spiritual kami.
Rabbi, memang benar bila cukuplah kematian sebagai pengingat. Sebuah pengingat yang tak perlu banyak suara. Pengingat yang dengan sendirinya menggugah perubahan dalam jiwa makhluk-makhluk yang pada gilirannya akan merasakan hal serupa. Maka, mari kita senantiasa terus beramal sholeh, menjauhi larangan-laranganNya agar kelak bekal kita cukup untuk menghadap padaNya dan semoga dosa-dosa kita diampuni olehNya. Teruntuk para guru yang telah mendahului hamba, semoga diberikan tempat terbaik di sisiNya, amal keaikannya dilipatgandakan dan dosa-dosanya diampuni serta keluarga dan kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Sebuah hadits mengatakan bahwa Orang yang cerdas adalah orang yang merendahkan dirinya serta beramal untuk bekal akhiratnya. Semoga kita semua tergolong dalam golongan tersebut sehingga kelak bila dipanggil kembali kepadaNya kita telah benar-benar siap.