Jujur, aku selalu
menikmati perjumpaan-perjumpaan singkat kita. Perjumpaan kita di perpustakaan,
ruang kuliah, sepanjang jalan kampus, dan lain sebagainya. Awalnya aku merasa
itu adalah hal biasa. Tapi lama-kelamaan aku begitu merindukannya.
Mungkin bagi yang lain,
pertemuan sekejap mata tak berarti apa-apa, tapi rasanya teori itu tak berlaku
pada diriku. Semenjak perjumpaan pertama itu, kita senantiasa dipertemukan
semesta dan tanpa perlu kita rencanakan dalam agenda kita sebelumnya.
Tatkala kita bersua
kita hanya saling bertatapan mata, melempar senyum sambil sesekali mengucap
salam, bertanya kabar hari itu lalu berlalu menuju tujuan masing-masing. Kali
lain kita bisa bercerita panjang lebar, berbasa-basi dan tak jarang
menertawakan hal-hal sederhana dalam kehidupan kita, atau bahkan bersama-sama
mencari pemecahan atas suatu masalah yang menimpa diri kita.
Saat itu, rasanya kita
seperti dua yang saling menguatkan tanpa sadar. Layaknya seorang klien yang
sedang berkonsultasi pada seorang psikolog kenamaan meski terkadang yang kita
butuhkan tak lebih dari saling mendengarkan.
Pertemuan-pertemuan itu
terus saja membelenggu jiwa. Menyisakan kenangan-kenangan indah di antara kita
berdua. Sayang, rencana terakhirku belum terlaksana denganmu. Mungkinkah karena
terlalu sering dipertemukan secara tak sengaja membuat rencana pertemuan kita
selalu tidak tercapai dengan sempurna? Semoga saja kita dapat mengambil hikmah
di balik setiap pertemuan indah di antara kita berdua.
M. Amin | 31 Jan 2017