“Aku yakin ada penjelasan-penjelasan di masa depan
atas ketidaknyamana kita hari ini”
Masih teringat jelas dalam memori. Rekaman atas hari bahagiamu. Memang hanya berselang beberapa hari denganku. Tapi tahukah kau, hari itu masih terus saja menorehkan luka sampai sekarang. Pagi itu kupesan buket bunga pada seorang teman. Niatku untuk menyambutmu di depan kelas itu sudah bulat.
Hari sudah semakin siang. Kubuka pesan di ponselku dan kutahu bahwa hari itu akan terasa lebih cepat untukmu. Dalam hati aku bersyukur karena itu berarti penantianmu atas semuanya akan terbayar lunas hari itu juga. Segera saja kurapatkan diri menuju depan kelas yang sungguh jauh dari ekspektasi awal. Disana begitu ramai oleh khalayak. Aku malu-malu mendekati pintu kelas itu hanya untuk sekadar memastikanmu baik-baik saja. Aku hanya mampu mendoakan dalam hati semoga semuanya berjalan sebagaimana mestinya.
Beberapa saat kau keluar ruang kelas itu. Kukumpulkan tenaga yang masih tersisa. Berat sekali rasanya melangkahkan kaki barang selangkah menuju dirimu. Ah, beginikah rasanya cinta? Tiba-tiba seorang kawan menghampiriku dan memintaku untuk segera menemuimu. Kuberanikan diri berjalan pelan menuju arahmu. Kau tampak begitu lelah. Aku bisa merasakan peluh yang menetes dari dahimu. Sabarlah sebentar, setidaknya janji pada orang tuamu telah kau tunaikan dengan sempurna. Jantungku berdegup cepat tatkala diriku berdiri mematung di hadapanmu. Kau tak memberikan respon apa pun. Sejak saat itu, aku mulai takut akan kehilanganmu.
Seketika kuhaturkan buket bunga itu seraya kuucapkan selamat atas perjuanganmu selama ini. Tentu kuharap kau tak melupakanku yang telah membantumu berjuang sampai titik ini. Kuulurkan selempang bertuliskan namamu, kupakai juga selempangku dan kita berdua berhasil mengabadikan momen bahagia itu.
Sayang, tidakkah kau bahagia saat itu? Jujur saja, aku amat senang bila kau merasakan hal yang sama denganku. Kuharap buket bunga itu menjadi penjelas atas semuanya bahwa setidaknya aku pernah berjuang mendapatkanmu. Namun, setelah perjumpaan di depan ruang kelas itu komunikasi kita sudah tidak berjalan seperti biasanya. Entah apa alasannya, aku masih ingin memastikannya sampai sekarang. Tetapi atas segala kejadian yang menimpa kita berdua aku selalu yakin bahwa ada penjelasan-penjelasan realistis di balik itu semua, meski aku tak tahu kapan akan mengetahuinya.
M. Amin | 3 Mar 2017