Februari kali ini tidak seperti biasanya.
Bulan dimana kita sama-sama dilahirkan, hanya berselisih beberapa hari. Awalnya
aku tak pernah benar-benar tahu dan bahkan percaya bahwa kita dilahirkan di
bulan yang sama, tetapi seakan-akan hal itu sudah berubah menjadi teori bagiku.
Orang-orang tersayang yang beberapa saat hilang ternyata juga lahir di bulan
yang sama meski di tahun yang berbeda.
Ingatkah kau hadiah-hadiah ulang tahun yang saling
kita berikan satu sama lain, mungkin hari ini tak akan ada lagi.
Tulisan-tulisan indahmu senantiasa kutunggu sepanjang waktu. Tak terkecuali di
hari ulang tahunku, apa kau juga begitu? Entahlah. Februari-februari yang telah
kita lalui bersama benar-benar menjadi kenangan indah hari ini. Februari yang
hampir selalu menyimpan rintik hujan sepanjang hari, memaksa kita berhenti
sejenak mengamati langit biru yang mendadak berubah menjadi kelabu. Februariku
kuharap juga menjadi februarimu. Aku tak berharap banyak padamu. Sesekali ingatlah
masa lalu kita, lalu mencoba mengikhlaskan semuanya.
Ingatkah kau pada
kisah-kisah yang senantiasa kita bagi. Pada rinai yang lamat-lamat kita
nantikan, pada senja-senja yang senantiasa kita rindukan untuk saling bertegur
sapa. Setahun lalu, masih begitu ingat dalam memoriku, kau tulis di salah satu
dinding media sosialku dan seperti biasa kita langitkan doa-doa terbaik kita
berharap semua impian menjadi kenyataan di masa depan. Saat itu, jujur saja aku
begitu bahagia atau bahkan terlampau bahagia. Semua pemberian-pemberian itu
masih aku simpan dengan rapi, karena kutahu pemberian orang-orang terkasih
mengandung pengorbanan yang aku sendiri tidak bisa mengiranya dan pastinya
pemberian itu benar-benar berasal dari hati terdalam, tidak hanya sebatas
seremonial yang pada akhirnya dibuang pada kotak-kotak kenangan yang bisa jadi
melihatnya saja kita sudah tak mau.
Februari kali ini juga
akan kumanfaatkan untuk terus menghasilkan karya nyata. Kuberharap kau
melakukan hal sama disana. Secara tak sadar aku ingin membangkitkan impian lama
itu, impian yang pernah kita sepakati meski sekarang harus kumulai dan kuakhiri sendiri. Februari kali ini kunikmati sendiri, seperti sebelum
mengenalmu sambil terus berharap datang penerang hati suatu hari nanti. Duhai
hati, bersabarlah sejenak, janjiNya selalu saja menyenangkan meski terkadang
semuanya masih menjadi rahasia yang mungkin hanya bisa dirayu melalui do’a-do’a
panjang kita. Selamat berbahagia di ulang tahun kita yang kedua puluh tiga.
Untukmu di seberang sana yang kuharap masih mau menoleh ke arahku meski hanya
sekejap mata.