Seringkali
kita mendapatkan pertanyaan dari orang lain mengenai bagaimana sikap kita
mengenai kehidupan dunia ini. Kehidupan dunia adalah kehidupan sementara.
Kehidupan yang akan rusak ketika kita meninggalkannya suatu hari nanti. Lalu,
bila seperti itu, apa sesungguhnya yang kita cari dari dunia ini?
Dalam
sebuah ceramah jum’at seorang khatib berceramah mengenai bagaimana seorang
muslim bersikap terhadap dunia yang melenakan ini. Beliau menukil sebuah
tulisan Buya Hamka yang mengumpamakan orang hidup di dunia ini ada dalam sebuah
kapal yang sedang mengarungi lautan. Kapal tersebut akan menuju suatu pulau
yang sangat indah di kejauhan. Tetapi karena gelombang dan petir yang
menyambar-nyambar di tengah perjalanan, akhirnya kapal tersebut memutuskan
untuk berhenti di suatu pulau. Pulau itu hanya persinggahan sementara. Pada
akhirnya orang-orang yang berada dalam kapal tersebut terbagi ke dalam tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memilih tetap di kapal. Kelompok
kedua adalah mereka yang turun ke daratan tetapi berjanji akan segera kembali
ke kapal ketika sirine kapal dibunyikan, sedangkan kelompok ketiga adalah
mereka yang turun ke daratan tetapi terlena dengan keramaian kota dan akhirnya
memilih untuk tinggal disana dan menganggap telah mendapatkan apa yang selama
ini mereka impikan.
Kelompok
pertama diumpamakan sebagai orang yang berorientasi pada akhirat. Kehidupan
dunia ini tidak dipedulikannya sama sekali, yang penting adalah beribadah
sepanjang hari, sepanjang hidup. Kelompok kedua adalah mereka yang mengetahui
bahwa kehidupan dunia ini sesaat sehingga mereka akan mempergunakan nikmat di
dunia dalam rangka mengabdi dan beribadah kepadaNya. Mereka akan selalu ingat
bahwa ada batas akhir dari kehidupan dunia dan akan segera beralih menuju
kehidupan akhirat yang kekal. Kelompok ketiga adalah orang yang terlena dengan
kehidupan dunia ini. Mereka sudah benar-benar buta mata terhadap nikmat yang
diberikan oleh Allah. Mereka menganggap kenikamatan dunianya adalah segalanya
dan tidak akan ada kehidupan setelah dunia ini berakhir. Maka, sesuai tuntunan
Allah dan RasulNya maka hendaknya kita menjadi golongan kedua. Golongan yang
tahu bahwa dunia adalah hanya persinggahan sehingga mereka akan selalu
mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Maka,
mari merenung sejenak, sudah sejauh mana persiapan kita untuk alam kekal abadi
itu?
M. Amin | 26 Maret 2017