Aku selalu membayangkan senja-senja di masa depan. Senja yang tak lagi sendiri. Senja milik kita berdua atau bahkan bertiga, atau berempat bersama keluarga kecil kita. Di sore yang indah itu, kita bersama menikmati tenggelamnya matahari di ufuk barat. Aku ingin bercerita banyak hal padamu, juga pada anak-anak kita kelak tentang kisah-kisah yang penuh perjuangan masa lalu yang sarat akan makna.
Aku ingin kau tahu bahwa sampai saat kita bersama pun masih banyak mimpi-mimpiku, juga mimpi kita bersama yang harus segera diwujudkan. Syukurku padaNya yang telah menghadirkanmu suatu hari nanti, karena sungguh kau pun merupakan salah satu impian besarku yang telah menjadi nyata.
Pada senja kali ini kutitipkan rindu. Pada hembusan angin dan lambaian daun-daun itu kutiupkan doa-doa baik. Matahari pun kembali ke peraduannya sambil berharap hati ini segera menemukan tempat kembalinya. Tempat kembali yang nyaman untuk mengarungi hiruk-pikuk kehidupan.
Kasih, izinkan aku mengajakmu menikmati kopi di ujung ruang tamu. Aku tak mau kisah kita seumpama kepulan asap kopi yang dihembus angin lalu menghilang tak tersisa. Mari bersama kita ukir kenangan terindah yang akan selalu ada seperti ampas kopi yang senantiasa tersisa di dasar gelas meskipun airnya telah habis diminum kita berdua.
Di ujung senja sambil terus menyulam rindu padamu
M. Amin | 17 Mar 2017