Kasih,
di tengah rinai ini, tiba-tiba saja pikiranku membayangkan semangkuk mie kare
di hadapan kita berdia. Disana juga tersaji segelas coklat panas yang siap kita
santap. Dinginnnya hujan di luar sungguh tidak ada apa-apanya bila dibandingkan
dengan dinginnya sikapmu padaku sejak terakhir kali kita bertemu. Aku masih
terus mengingatmu di sela-sela kesibukan kuliah dan tugas mengajarku. Kasih,
dimana kau berada sekarang? Jujur, aku rindu. Rindu teramat dalam padamu.
Semoga kau baik-baik saja di mana pun kau berada.
Bayanganku
melintas batas ruang dan waktu di masa depan. Kita kembali bertemu di kedai
sederhana belakang kampus. Segelas teh hangat yang kita nikmati berdua menambah
keromantisan suasana. Memang tidak seperti coklat panas yang kuseduh saat ini.
Tapi setidaknya bersamamu di kedai itu membuat segalanya terasa hangat di
tengah rinai yang begitu dingin. Masih ingatkah kau pada masa-masa perjuangan
itu? Kuharap kau mau mengingatnya barang sejenak. Entah untuk sekadar kembali
menyapa kenangan itu, atau bahkan memenjarakan diri pada kenangan masa lalu.
Kunikmati
perjalananku siang itu. Tampaknya hujan akan segera reda. Cipratan
genangan-genangan air di jalan raya menyapa wajah dan tubuhku. Dan kau tahu,
selalu saja mengingatkanku padamu pada beberapa masa yang lalu. Maukah kau
kembali bertukar ide-ide untuk kemajuan bangsa bersamaku? Maukah kau menapaki
terjal kehidupan zaman akhir ini? Mau atau tidak itu terserah padamu.
Setidaknya aku telah mencoba mengajakmu dan meyakinkanmu semampuku.
Aku
tidak akan pernah marah bila kau bersumpah serapah di hadapanku. Silahkan saja.
Aku lebih senang seperti itu. Sebab itu tandanya kau masih peduli terhadap rasa
yang pernah kita semai bersama. Tidak seperti sekarang. Dinginnya sikapmu
membuatku serba bingung. Aku tak mampu berbuat banyak. Tidak bukan tanpa
alasan. Tetapi aku takut membuatmu terluka untuk kedua kalinya. Aku tak mau
melakukan hal itu.
Bersama
sisa-sisa hujan disana-sini aku terus melangitkan doa baik untuk kita berdua.
Karena kutahu salah satu waktu mustajabahnya berdoa adalah tatkala hujan masih
menghujam bumi. Disini, aku masih dengan sabar menantimu kembali. Entah kembali
bersamaku, atau mungkin membawa kabar bahagia, setidaknya bagi dirimu sendiri. Sadarlah
sayang, aku masih terus menunggu. Hati ini masih terbuka untukmu. Asal kau mau
membersamaiku sampai akhir nanti. Sekali lagi, kutunggu kau di batas waktu.
M. Amin | 18 Mar 2017