Pernahkah
kau perhatikan rintik hujan yang siang sampai senja tadi menyelimuti kota.
Awalnya ia turun begitu deras. Membuat mahasiswa kebingungan mencari tempat
berteduh karena tidak membawa payung sepulang kuliah. Para pengendara mobil
tetap saja melajukan kendaraannya dengan kencang. Sedangkan pengendara roda dua
terlihat menepi, membuka mantel dan mengenakannya. Mereka tak mau basah kuyup ketika
sampai di tujuan.
Tampak
pula seorang remaja terduduk lesu di sudut warung selepas makan siang. Raut
wajahnya menggambarkan kegusaran hatinya. Takut kalau-kalau ia tidak bisa ikut
acara roadshow salah satu tv nasional yang diadakan kampus seberang warung itu.
Mulutnya terus saja merapalkan doa supaya hujan segera reda. Ia tak mau
ketinggalan acara yang sudah ditunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu. Ia hanya
tinggal menuju tempat acara, merobek potongan kecil tiket acara lalu masuk
ruangan dan menikmati sajian acaranya. Namun, sementara hujan ini
menghentikannya.
10
menit kemudian, hujan sudah tidak sederas ketika si remaja mulai makan siang di
warung tersebut. Lima menit setelahnya ia beranikan diri berdiri dan membelah
jalanan untuk menuju tempat berteduh di seberang jalan. Usahanya berhasil. Satu
tahap mampu ia selesaikan dengan baik. Kini jarak antara posisinya dengan
tempat acara kian dekat. Melihat seseorang di seberang sana ia pun kembali
menerobos hujan. Sesampainya disana ia terus saja berjalan menuju tempat
berteduh di lantai 1 masjid. Dengan tekad kuat, ia pun melanjutkan langkah
kakinya menuju tempat acara dan tak disangka ternyata disana sudah banyak
peserta yang masuk. Perkiraannya meleset karena setahu ia, pintu ruangan baru
akan dibuka 10 menit kemudian. Ia pun langsung menuju tribun tempat acara
dilaksanakan. Acara berjalan dengan sangat seru. Diawali dengan lagu Indonesia
Raya dengan penuh hikmat. Dilanjutkan dengan lagu Bendera oleh grup band Coklat
yang menggelegar. Riuh suasana ruangan itu langsung terasa. Si remaja tadi
terus memperhatikan sekitar. Di sebelahnya duduk dua cewek yang sepertinya
teman akrab. Meski tidak mengenalnya tapi mereka tampak terlibat percakapan
meski sekadar berbasa-basi belaka.
Acara
semakin meriah dengan teriakan dan tepuk tangan seisi ruangan ketika host acara
Kick Andy, Andy Flores Noya masuk ke panggung. Dengan gayanya yang funky ia
membuka acara. Ia lemparkan joke-joke yang membuat si remaja dan tentu
hadirin di sekitarnya tertawa tiada henti. Andy menceritakan kenangannya
tentang Malang. Ia pernah bersekolah di salah satu sekolah di Malang raya.
Baginya banyak sekali tokoh inspiratif hadir dari Malang. Keseruan selanjutnya
adalah masuknya Nadine Chandrawinata dan juga Dissa. Nadine adalah seorang
pegiat lingkungan dengan gerakan sea soldier. Sedangkan Dissa adalah
seorang remaja yang mampu membuka sebuah kafe dengan pekerja yang seluruhnya
adalah tuli. Ia belajar bahasa isyarat di Australia dan juga sempat melakukan
pertukaran pelajar di Amerika. Ia juga menguasai banyak bahasa seperti bahasa
Arab, Jepang, dan Spanyol. Ia memutuskan kembali ke Indonesia untuk membangun
negerinya sendiri. Ia melihat banyak potensi bangsanya yang belum dikembangkan
dengan baik, misalnya para penyandang disabilitas. Ia merasa terpanggil untuk
mengembangkan bakat para penyandang disabilitas ini.
Berbagai
door prize dibagikan bagi mereka yang beruntung. Ada yang mendapat kaos, ada
juga yang mendapat buku Kisah Hidupku karya Andy F. Noya. Di akhir acara ada
juga hadiah 2 smartphone, sebuah action camera dan juga sebuah sepeda
motor. Ada pula kesempatan bagi yang memegang gelang hijau untuk menukarkannya
dengan buku Kisah Hidupku dari Andy F. Noya.
Si
remaja melangkahkan kakinya menuju masjid kampus karena waktu sudah mendekati
maghrib sedangkan sholat ashar belum ditunaikannya. Selepas itu ia pulang. Ia
sangat puas dengan ilmu yang didapatkannya hari ini. Semoga di lain waktu ia
bisa mengikuti program-program yang penuh inspiratif seperti hari ini.
M. Amin | 24 Mar 2017