Kembali Ke Atas
Beranda
Komputer
Linux
MX Linux
Sistem Operasi
Apa yang Saya Pelajari Setelah Memakai OS MX Linux?
Muhammad Amin Muhammad Amin
Desember 07, 2020

Apa yang Saya Pelajari Setelah Memakai OS MX Linux?

image host

#DAY4 

Tidak terasa sudah hampir tiga minggu saya memakai Operating System Linux. Lebih spesifiknya MX Linux. Mengapa saya beralih ke Linux adalah karena OS ini adalah Open Source, boleh digunakan siapa saja dan pastinya gratis dan legal. Inilah yang membedakan Linux dengan Windows yang selama ini kita kenal.


Lalu, apa yang saya pelajari dari Linux? Saya belajar banyak hal sebenarnya. 

Pertama, belajar adaptasi. Ada perbedaan antara Windows dengan Linux. Mulai dari bagaimana menginstal OS, menginstal aplikasi, istilah-istilah baru dan tentu saja semuanya baru. Sebenarnya kali bukanlah kali pertama saya bergelut dengan Linux. Saya sudah pernah mencoba OS Linux ketika SMP. Kalau tidak keliru sekitar 2010. Saat itu beberapa komputer zadul di laboratorium komputer memakai OS Linux dan saya berkesempatan memakainya beberapa waktu.

Kedua, belajar hal baru. Bagi yang tidak mau belajar dan mau yang nyaman-nyaman saja, tidak perlu mencoba Linux. Menurut saya, Linux diperuntukkan bagi mereka yang rajin belajar hal baru, tidak pantang menyerah ketika bertemu masalah.

Ketiga, OS Linux mengajarkan konsisten. OS Linux, karena Open Source, maka siapa saja dapat mengembangkannya. Pada akhirnya, muncullah berbagai macam distro-istilah untuk ragam OS Linux yang sudah dimodifikasi-yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang berbasis Debian, Linux, Ubuntu, OpenSUSE, dan lain-lain. 

Mengapa saya katakan Linux mengajarkan konsisten? Karena setiap basis memiliki bahasa tersendiri, punya repository tersendiri. Nah, kita sebagai pengguna sangat disarankan-bagi saya sih jadi wajib ya-untuk memakai aplikasi yang ditawarkan oleh pengembang OS dengan basis tersebut. Pengguna tidak bisa asal comot aplikasi dari pihak ketiga karena tentu pengembang tidak akan bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Secara tidak langsung, Linux mengajarkan penggunanya untuk bertanggung jawab. Lihat saja mulai dari instalasi, penyimpanan, update, upgrade, aplikasi, dan hal lain harus mengikuti arahan yang ada dan telah dibuat oleh pengembang. Tidak boleh sembarangan atau tanggung sendiri akibatnya. 

Karena Linux ini berbeda dengan Windows, tentu bagi siapa saja yang terbiasa dengan Windows harus sedikit bersabar dan mau belajar. Jangan lupa juga sediakan koneksi internet yang cukup karena kebanyakan proses akan berkaitan dengan koneksi internet.

Misalnya dalam hal instalasi aplikasi. OS bawaan memiliki paket aplikasi untuk audio atau Office. Kita bisa memilih sesuka hati. Setelah memilih, kita akan diminta untuk menginstalnya. Nah, sebenarnya aplikasi tersebut perlu diunduh terlebih dahulu melalui serangkaian perintah yang bila kita paham bisa diketikkan lewat Terminal.

Satu hal seru yang saya rasakan ketika memakai Linux adalah adanya komunitas yang fungsinya berbagi informasi dan saling membantu ketika ada kesulitan dari para anggotanya. Ada etika yang harus dipenuhi anggota komunitas ketika ingin bertanya, seperti menyebutkan distro yang dipakai, tipe laptop, rentetan kegiatan yang dilakukan sebelum terjadinya masalah. Mengapa harus seribet itu? Sebenarnya hal tersebut guna memudahkan yang ingin menjawab. Ini juga karena Linux bersifat Open Source yang tentu setiap distro memiliki cara, masalah, dan penyelesaian masalahnya tersendiri.

Saya sendiri bergabung di komunitas MX Linux Indonesia, GNU/Linux, dan Ubuntu Indonesia untuk menambah pemahaman seputar OS Ubuntu dan semacamnya. Setiap hal pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Linux dari sisi keamanan dengan proteksi kata kunci ketika akan membuka aplikasi di Linux atau ketika akan membuka drive tertentu, atau melakukan aksi tertentu. 

Saya juga banyak belajar bahasa yang dipakai di Terminal seperti sudo, apt, get instal, remove, update, upgrade, dan lain-lain. Karena baru bagi saya, saya pun suka oprek OS Linux karena asyik aja. Misalnya mengubah tampilan agar mirip dengan Windows atau MacOS. OS Linux juga ringan. Ada banyak versi Linux yang bisa dijalankan di perangkat dengan spek kentang  (seadanya).

Ngomong-ngomong masalah kompatibilitas software, kita bisa dicari penggantinya. Kita harus belajar tidak tergantung pada aplikasi yang selama ini sudah dipakai. Aplikasi berbasis exe diganti ke AppImage, Office berganti ke LibreOffice atau WPS, Photoshop beralih ke GIMP, Corel Draw beralih ke Inkscape. Semua hanya soal pembiasaan. Semakin terbiasa, maka akan ketagihan dan gak mau lagi kembali ke OS Windows, kecuali ada keperluan mendesak, bisa pakai dualboot, seperti yang saya lakukan pada laptop ini.

Ya begitulah pengalaman saya yang bisa dibagi selama tiga minggu ini. Saya juga sudah instal ulang sekali untuk OS MX Linux karena ada peningkatan ke versi yang lebih mutakhir. Jadi, apakah Anda tertarik untuk mencoba memakai OS Linux dengan berbagai basis dan variaannya?

NB: Mohon maaf bila ada informasi yang kurang akurat karena ini murni pengalaman pribadi dan masih dalam tahap belajar. CMIIW. Terima kasih.  

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)