Hari ini, untuk pertama kalinya sejak pandemi menjalar di negeri ini, saya bersama istri dan kerabat menghadiri resepsi pernikahan. Sebenarnya kami diminta untuk menjadi pengiring pengantin pria dari kediaman mempelai pria ke kediaman mempelai wanita.
Kami berkumpul pukul 7.30 dan berangkat sekitar pukul 08.10. Perjalanan sekitar 1 jam 15 menit. Setelah sampai di lokasi, kami dipersilakan untuk mengikuti acara seremonial terlebih dahulu.
Listrik padam tiba-tiba. Saya lupa tepatnya, mungkin setelah penyerahan dari wakil mempelai pria atau penerimaan dari wakil mempelai wanita. Nah, waktu kosong sekitar setengah jam dipakai untuk mengambil foto antara pengantin dengan orang tua dan pengiring dari mempelai pria.
Acara berlanjut dan sampailah pada pesan-pesan pernikahan. Yang menyampaikan adalah paman dari mempelai wanita yang saat ini bekerja di Semarang. Dahulu, sewaktu menikah, beliau harus LDM selama kurang lebih dua tahun. Namun, alhamdulillah semua bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Dalam pernikahan, penuhilah kebutuhan suami pada tiga hal, matanya, perutnya, dan kemaluannya. Beliau tidak menyebut tiga hal ini secara gamblang, tetapi mengambil sudut pandang seorang istri yang menggambarkan tiga hal tersebut.
Seorang istri harus pintar macak, masak, dan manak. Macak artinya bersolek. Menghias diri bagi istri di hadapan suami berpahala. Jangan hanya ketika akan bekerja berdandan cantik, eh ketika di rumah di depan suami malah biasa saja.
Kedua adalah masak artinya pandai urusan dapur. Usahakan untuk belajar memasak bila belum bisa. Buat suami ketagihan dan selalu rindu masakan istri. Beliau bercerita ketika berada di luar rumah, beliau tak makan di warung, tetapi sesegera mungkin pulang ke rumah untuk makan masakan istri.
Ketiga adalah manak. Artinya mengandung dan melahirkan anak. Seorang istri juga harus paham bagaimana melayani suaminya dalam hal ini.
Untuk menggapai tiga hal di atas, seorang suami juga harus memenuhi kewajibannya, yaitu memberi nafkah lahir maupun batin kepada istri.
Menjelang Zuhur, acara selesai dengan dibacakannya doa oleh seorang kyai. Kami pun menikmati hidangan yang disediakan lalu beranjak pulang.
Seperti di tempat lain, karena masih pandemi tentu protokol kesehatan harus dijalankan, seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Ya meskipun untuk urusan jaga jarak sepertinya belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, tetapi setidaknya semoga setiap orang menyadari akan pentingnya hal ini.
Begitulah pengalaman iring-iring dan menghadiri pernikahan kala pandemi. Semoga kedua mempelai dijadikan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Keep inspiring through writing!
#24122020 #pernikahan #pengiring #love