#DAY2
Kali ini, saya mau berbagi pengalaman selama mengikuti proses seleksi CPNS yang diadakan tahun 2018. Saya mengambil formasi guru Bahasa Arab di Kemenag Kanwil Jawa Timur. Tes seleksi dilaksanakan tiga tahap.
Tahap pertama adalah SKD. SKD dilaksanakan di hotel Empire Palace Surabaya. Saya berangkat dari Malang pukul 7 pagi. Ujian dijadwalkan pukul 16.30. Peserta ujian diharuskan datang di lokasi ujian 120 menit sebelum dilangsungkannya ujian.
Saya sampai di Surabaya menjelang pukul 11. Saya dijemput seorang teman, Faisal Fanani namanya. Dia adalah teman MI saya. Saya menginap sebentar di indekosnya. Setelah salat Zuhur dan makan siang. Menjelang pukul setengah dua siang saya berangkat ke lokasi ujian.
Sampai di lokasi ujian, peserta sudah sangat ramai. Saya sempat bertemu beberapa teman sebelum ujian dimulai. Saya bertemu teman alumni PBA UIN Malang. Ujian kali ini serasa reuni yang tak direncanakan, tetapi nyatanya terjadi. Saya antre bersama peserta yang lain untuk masuk ruang ujian.
Pertama-tama, sekitar 30an orang di-breefing terlebih dahulu oleh panitia. Kami antre untuk registrasi dan menitipkan barang. Selanjutnya, kami harus naik ke lantai dua untuk dicek kelengkapan dan lain-lainnya. Setelah menunggu cukup lama, menjelang Isya, kami baru naik ke lantai tiga untuk mengikuti ujian SKD berbasis CAT. Setelah 90 menit, kami pun keluar ruangan, mengambil barang titipan di lantai dasar, lalu pulang.
Soal SKD terdiri dari tiga bentuk soal. Soal model pertama adalah TWK (Tes Wawasan Kebangsaan). Soal model kedua adalah TIU (Tes Intelejensi Umum) dan soal model ketiga adalah TKP (Tes Kecakapan Pribadi). Setiap model soal memiliki passing grade-nya masing-masing. Peserta yang lolos adalah mereka yang melewati ambang batas dari tiap model soal yang ada.
Setelah tes SKD terlalui, hasil langsung terpampang jelas di layar monitor. Saat itu saya mendapat skor total 330 dengan rincian nilai TWK 125, TIU 70, TKP 135. Sesuai peraturan, saya tidak lolos ke tahap selanjutnya, SKB.
Setelah mengikuti tes SKD, saya masih terus memantau cuitan BKN, Kemenag RI, dan Kemenag Jatim di akun Twitter resmi mereka. Setelah menunggu sekitar dua sampai tiga minggu, ada kepastian dari BKN bahwa ada peraturan terbaru terkait hasil SKD. Poin pentingnya adalah SKB setiap formasi akan diikuti oleh tiga kali jumlah formasi yang ada.
Peringkat utama ditujukan kepada mereka yang telah melewati ambang batas. Peringkat selanjutnya adalah mereka yang melewati poin 255 dan masuk dalam peringkat tiga kali jumlah formasi. Alhamdulillah, saya ikut masuk dan berkesempatan mengikuti SKB yang akan diadakan di Asrama Haji Surabaya
Pada tanggal yang ditentukan, saya mengikuti SKB. Karena belum tahu apakah tes hanya dilakukan satu hari atau lebih, saya menginap di salah satu penginapan bersama istri. Saya waktu itu gupuh sekali sampai lupa kalau ada bibi yang tinggal di Surabaya. Saya terpaksa naik bus jurusan Wilangun karena waktu menjelang Magrib. Saya berharap sampai Surabaya sebelum larut.
Saya sampai di Terminal Wilangun sekitar pukul 20.30. Karena belum pernah memesan layanan Grab Car dekat terminal-yang tentu saja tidak diperbolehkan-saya nekat menunggu di depan terminal, dekat angkot lebih tepatnya. Ketika dihubungi sopir, saya diminta untuk bergeser sekitar sekian ratus meter agar tidak ketahuan. Setelah berhasil naik mobil, ternyata kami diburu oleh sopir angkot yang tidak terima penumpangnya diambil.
Kata sopir mobil Grab Car, sebenarnya mereka hanya mau minta ongkos ganti naik angkot sebanyak penumpang mobil ini, ya begitulah. Di sini, sopir mobil tidak mau mengalah. Ketika akan dihadang, sopir mobil berbalik arah dan memacu mobil menuju pom bensin terdekat. Dia matikan mesin mobil dan menepi mencari tempat aman agar tidak terdeteksi preman terminal. Sopir angkot tidak mungkin membuntuti lagi karena daerah tempat kami berhenti bukanlah arah tujuan mereka.
Setelah menunggu sekitar 10 menit dan dirasa aman, kami melanjutkan perjalanan. Untuk mengantisipasi bertemu sopir angkot tadi, sopir mobil memilih masuk jalur tol, kami pun setuju meski harus rela membayar lebih mahal. Ya tidak mengapa, asal kami baik-baik saja.
Alhamdulillah menjelang pukul 10 malam kami sampai di penginapan. Karena belum makan malam, kami memesan layanan pesan antar GrabFood. Setelah kenyang, kami pun beristirahat.
Keesokan harinya adalah tes hari pertama adalah Psikotes dan tes Micro Teaching. Untuk psikotes alhamdulillah saya mampu menjawab soal dengan lancar. Untuk Micro Teaching cukup lancar meskipun saya beberapa kali mencampur penjelasan bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Saya diminta membuat presentasi menggunakan Microsoft PowerPoint, mengetik Arab, dan terakhir menunjukkan karya berupa jurnal, buku ajar, dan juga buku solo saya. Para juri sampai meminta buku-buku tersebut, ya sudah saya berikan saja.
Untuk SKB, tersisa satu tes lagi, tes wawancara. Karena cukup banyak, maka dibagilah para peserta dalam beberapa sesi. Sesi awal dilaksanakan keesokan harinya, sesi sisanya dilaksanakan lusa. Saya dapat jadwal tes wawancara esok hari. Maka, saya memutuskan untuk menginap di rumah bibi di daerah Wonorejo Dalam.
Ternyata rumah bibi cukup dekat dengan asrama haji. Saya sedikit menyesal mengapa pada malam sebelumnya tidak menginap di sana.
Tes terakhir pun saya ikuti dengan baik. Pada sesi wawancara, kita akan ditanyai oleh dua orang penguji secara bergantian. Pertanyaan seputar doa qunut, bacaan doa iftitah, bacaan doa bakda salat, dan praktik salat Subuh. Dilanjutkan dengan pertanyaan tentang terorisme, toleransi beragama, cara menegur teman kantor yang keliru, sampai pada organisasi kemasyarakatan yang diikuti.
Sebenarnya tes wawancara berjalan cukup lancar, tetapi melihat gelagat pertanyaan dan tanggapan dari penguji, saya menjadi kurang yakin dengan hasilnya. Awalnya saya kira tes wawancara akan banyak membahas seputar undang-undang, Pancasila, dunia kependidikan, dan pengajaran. Nyatanya jauh dari itu. Tak ada sangkut pautnya sama sekali dengan yang selama ini saya pelajari.
Saya lupa bahwa ini instansi Kementerian Agama. Kala itu Kemenag sedang ramai dengan isu toleransi dan moderasi beragama, saya paham mengapa pada akhirnya pertanyaan yang muncul adalah pertanyaan seputar isu tersebut.
Saya hanya berpikir bahwa bukankah seharusnya karena kami, pendaftar CPNS adalah calon guru, maka pertanyaan yang diajukan akan seputar itu? Nyerempet pun mungkin membahas pendidikan Islam. Nyatanya, tidak sama sekali. Ya, saya hanya berharap pada kesempatan mendatang hal-hal yang menurut saya kurang ini bisa menjadi evaluasi bersama.
Setelah menunggu beberapa waktu lamanya, pengumuman siapa yang lolos menjadi CPNS 2018 pun disiarkan melalui laman Kemenag Jatim. Saya mengakses beberapa kali. Setelah berhasil mengunduhnya, saya unggah kembali ke Google Drive dan menyebarkannya kepada mereka yang kesulitan mengakses laman Kemenag Jatim. Sepertinya karena terlalu banyak yang mengakses.
Setelah mencari dan meneliti satu per satu, saya menemukan nama saya tertulis pada urutan ke-41. Kala itu yang diterima sebagai CPNS Guru Bahasa Arab se-Jawa Timur sebanyak 39 orang. Saya belum lolos dan harus mencoba lagi pada penerimaan CPNS periode berikutnya.
Pengalaman ini sangat berharga karena memang baru pertama kali. Hal baru bagi saya. Saya jadi paham bahwa memang ASN masih menjadi primadona fresh graduate maupun mereka yang sudah lama lulus sarjana. Mereka datang mendaftar dengan impian masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari ratusan ribu orang yang tetap rela ikut meskipun berkali-kali gagal. Mereka tak pernah surut angan meskipun impian kadang tidak berubah menjadi kenyataan.
Semoga pengalaman ini semakin mendewasakan diri, menjadi sarana untuk belajar lebih, berusaha lebih, dan juga berdoa yang lebih banyak dari sebelumnya.
Selesai ditulis di Kanor, Sabtu, 5 Desember 2020 06:02