Beberapa hari yang lalu, seorang pemuda
membuka pesan whatsapp dari salah satu grup. Ia lupa namanya. Yang pasti isinya
begitu menyentuh dan menjadi pengingat diri.
.
Pesan whatsapp tersebut bercerita tentang
bagaimana kita harus senantiasa menghargai orang lain. Biasanya lebaran identik
dengan tradisi mudik, reuni dan kumpul keluarga besar. Namun, yang menjadi
masalah adalah beberapa dari mereka membumbui prekumpulan tersebut dengan
berprasangka buruk. Tatkala ia bertemu kawannya yang lebaran masih belum
membawa kendaraan pribadi – mobil – maka ia berkata padanya,
“Duh, masih belum punya mobil ya. Mana
hasil gajian dan THR mu selama setahun itu?”
Lantas, yang diajak bicara akan ngacir ke
belakang sebab malu berkumpul bersama kawan-kawannya.
Ada pula yang berkata kepada anak saudara
laki-lakinya yang masih saja belum laku, padahal usianya sudah cukup matang
untuk menikah.
“Bang, itu anakmu kenapa masih saja jomblo.
Kapan menikahnya? Mau jadi perjaka tua?”
Sejurus kemudian, saudara laki-lakinya
tidak mau lagi menanggapi omongan-omongan nglanturnya.
.
Mereka sering tidak sadar melontarkan kata-kata
tersebut di momen berkumpul setahun sekali itu. Beberapa mungkin hanya guyon.
Tapi bisa jadi ada di antaranya yang memang benar-benar serius mengatakannya.
Ketahuilah bahwa ia yang kau kata-katai itu sudah berusaha kuat untuk pulang ke
kampung halaman meski hanya beberapa hari. Ia berniat silaturrahim dan berbagi
kebahagiaan. Namun semuanya kau rusak dengan kata-kata yang keluar dari
mulutmu.
.
Mereka yang kau tanyai mengenai mobil
pribadinya sesungguhnya sudah berusaha untuk membeli sebuah mobil di showroom,
tetapi takdir Allah berkata lain, istrinya masuk rumah sakit dan mengharuskan
biaya pembelian mobil dialihkan untuk biaya membayar rumah sakit.
.
Mereka yang kau tanyai tentang anak semata
wayangnya yang belum menikah, sesungguhnya tiga bulan lalu ia sudah melamar
putri yang dahulu adalah teman semasa kuliahnya. Namun, Allah menakdirkan lain.
Sebelum resepsi pernikahan mendadak calon istrinya membatalkan pernikahan sebab
ia tak lagi perawan ting-ting.
.
Maka, senantiasa berprasangka baiklah.
Terutama pada momen pertemuan tahunan itu. Belum tentu tahun depan kau bisa
bertemu kawan-kawan dan keluarga besarmu. Jangan kau rusak permintaan maafmu
yang beru saja terucap seolah menguap layaknya asap yang membumbung sehingga
maaf itu tak berarti apa-apa selain hanya kata-kata belaka. Tentu kau tidak mau
akan hal itu bukan? Oleh karena itu, mari senantiasa membiasakan berprasangka
baik. Kau tidak tahu perjuangan mereka sebelas bulan sebelum bertemu denganmu,
maka jangan sampai kau menjudge begitu saja tanpa ada klarifikasi. Alangkah
lebih baik bila kau berikan saran kepada mereka yang kau perhatikan belum mendapatkan
hal-hal yang ideal. Misal kepada mereka yang belum punya mobil kau bisa
tawarkan mobil kredit murah milik temanmu. Kepada mereka yang belum menikah,
kau bisa mengenalkan mereka kepada seseorang yang kau anggap baik untuknya di
dunia dan akhirat. Dengan begitu, maka semoga yang kau ucapkan dapat menjadi
doa bagi mereka yang belum terkabul keinginannya. Kau pun mendapatkan timbal
balik pahala dari Sang Maha Baik sebab kau telah berprasangka baik kepada
saudaramu sesama muslim.
.
@muhamin25 | 21 Juni 2017