Tidakkah kau perhatikan bagaimana orang
begitu bahagia dengan kehadiran Ramadhan. Taburan rahmat dan ampunannya mampu
menyihir siapa saja. Pemilik puncak keimanan atau bahkan yang imannya masih
naik turun. Ia sambut Ramadhan dengan suka cita, ia bersihkan lingkunga sekitar, ia makmurkan masjid, ia baca kalam
Ilahi, ia hidupkan siangnya dengan kajian-kajian keislaman, dan malamnya begitu
hingar bingar dengan qiyamul lail dan tadarus Al-Qur’an.
.
Tidak sempatkah kau berpikir bagaimana
perasaan 11 bulan lainnya terhadap Ramadhan. Ketahuilah bahwa mereka begitu
cemburu padanya. Betapa tidak. Di bulan penuh ampunan itu, ia bak primadona
yang terus dijunjung tinggi dan dihormati. Anak-anak yatim bergembira terlihat
dari raut wajah mereka sebab santunan tiada habisnya mengalir kepada mereka.
Orang papa dan mustadh’afin entah berapa kali berterima kasih lantaran
dermawannya orang-orang kaya yang ia sendiri tak pernah mengenalnya di 11 bulan
sisanya.
.
Duhai diri, mari sama-sama mengoreksi diri.
Sudahkah kita berpikir untuk memperlakukan 11 bulan lainnya sama dengan Ramadhan.
Kita makmurkan masjidnya, kita ramaikan jama’ah 5 waktunya, kita istiqomahkan
membaca Al-Qur’an tiap usai sholat hingga terdengar laksana deru lebah tak
berkesudahan. Mari bersama kita hadiri berbagai macam pengajian membahas
persoalan keagamaan dan terus mengikutinya dengan rutin. Bukankah itu indah?
Mari ingat sabda Rasul, bertaqwalah kepada Allah lalu beristiqomahlah.
Konsisten ini begitu penting. Dalam firman-Nya, Allah berjanji untuk menurunkan
malaikat-Nya seraya berkata, jangan lagi engkau takut dan bersedih hati
wahai hambaku. Kabarkan kepada mereka akan ada syurga yang telah dijanjikan.
Semoga kita mampu untuk senantiasa
konsisten berada di atas jalan-Nya dan terus menebar kebaikan dan amal sholeh
di dalam maupun luar bulan Ramadhan.
@muhamin25 | 6 Juni 2017