Tidakkah kau perhatikan bagaimana orang begitu bahagia dengan kehadiran Ramadhan. Taburan rahmat dan ampunannya mampu menyihir siapa saja. Pemilik puncak keimanan atau bahkan yang imannya masih naik turun. Ia sambut Ramadhan dengan suka cita, ia bersihkan lingkunga sekitar, ia makmurkan masjid, ia baca kalam Ilahi, ia hidupkan siangnya dengan kajian-kajian keislaman, dan malamnya begitu hingar bingar dengan qiyamul lail dan tadarus Al-Qur’an.
. Tidak sempatkah kau berpikir bagaimana perasaan 11 bulan lainnya terhadap Ramadhan. Ketahuilah bahwa mereka begitu cemburu padanya. Betapa tidak. Di bulan penuh ampunan itu, ia bak primadona yang terus dijunjung tinggi dan dihormati. Anak-anak yatim bergembira terlihat dari raut wajah mereka sebab santunan tiada habisnya mengalir kepada mereka. Orang papa dan mustadh’afin entah berapa kali berterima kasih lantaran dermawannya orang-orang kaya yang ia sendiri tak pernah mengenalnya di 11 bulan sisanya. . Duhai diri, mari sama-sama mengoreksi diri.