Hari raya
kedua saya habiskan di Ngawi, kediaman kakek dan nenek ayah. Reuni keluarga
besar Bani Aminah rutin diadakan di hari raya kedua. Hari ini ketepatan berada
di rumah Bulik Darotin, adik Mbah Islami, nenek saya.
.
Rumah
nenek saya tersebut dahulunya tidak sebagus sekarang. Dari bagian tengah ke
belakang kini telah dilengkapi televisi dan juga dikeramik. Bagian depan masih
dibiarkan seperti sediakala. Rumah ini tampak sepi. Terlihat sarang laba-laba
di pojok ruangan menandakan rumah ini telah begitu lama tidak dibersihkan.
Rumah tersebut ditempati oleh cucu dari mbah Islami dan mbah Suyadi. Mungkin
cucunya sibuk mencari nafkah sampai tidak ada waktu untuk bersih-bersih rumah.
Hal tersebut membuat beberapa orang, termasuk ibu saya kurang betah berada
disana. Maklum, keadaan rumah di Bojonegoro selalu bersih sepanjang hari.
.
Namun,
bagi saya hal tersebut tidak menjadi masalah. Terkadang, beberapa hal tidak
sejalan dengan apa yang kita inginkan. Termasuk keadaan rumah tersebut. Saya
sebagai anak pertama dan sudah berkali-kali mengunjungi rumah ini tidak hanya
setahun sekali begitu maklum akan keadaan pada rumah ini. Sebagai pengunjung
setahun sekali sebaiknya mencoba menerima keadaan yang ada. Bukan malah
menyikapinya dengan tidak mau berada di dalamnya dan ingin segera pulang.
.
Mungkin
karena saya sudah terbiasa dengan berbagai keadaan sebab digembleng di pramuka
dan berbagai organisasi lain yang serba kekurangan, maka keadaan di Ngawi tidak
membuat saya kaget dan shock. Mungkin sebagai pendatang, kita bisa mengusulkan
kepada siapa saja yang mendiami rumah tersebut untuk merapikan dan membersihkan
rumah setiap hari agar rumah terlihat indah dan nyaman dipandang, tidak menjadi
sarang penyakit. Dengan begitu, in sya Allah yang mendiami rumah tersebut idak
tersinggung dan menerima nasihat dari kita sebagai pendatang. Akhirnya cobalah
untuk cepat beradaptasi pada keadaan yang kadang tak sesuai dengan harapan
serta maklumilah keadaan orang lain.
.
@muhamin25
| 26 Juni 2017