Bekerja di sebuah institusi pendidikan yang sudah punya “nama” tentu amat berbeda dengan bekerja di tempat yang notabene masih pada taraf “membangun”. Seorang pemuda yang bekerja di tempat yang begitu bonafit pun merasakan perbedaannya.
. Setiap tanggal 20 tiap bulan ia terima gaji dari pekerjaannya mengajar di ma’had. Ia senantiasa bersyukur atas apa yang ia capai sampai saat ini. Sebagian dari gaji tersebut sudah barang tentu ia tabung untuk berjaga-jaga suatu hari ada sesuatu yang tidak diinginkan. Sebenarnya, seusai menjadi sarjana, di tanah kelahiran sang pemuda, begitu banyak institusi yang membutuhkan tenaganya. Tetapi, pilihannya jatuh pada kuliah pascasarjana di jurusan yang sama dibarengi dengan mengajar di ma’had. Bukan karena ia tidak mau kembali ke tanah kelahirannya, tetapi menurutnya tanah kelahirannya belum cukup mampu untuk mengembangkan keilmuan yang dimilikinya. Kelak, bila ia menganggap semuanya sudah cukup, ia pasti akan kembali membangun tanah kelahirannya sesuai bi