Semenjak
kemarin petang, gema takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih mengalun indah di
berbagai penjuru dunia. Tak heran, hari ini adalah Idulfitri kaum muslimin.
Kaum muslimin berduyun-duyun menuju tempat salat Idulfitri. Wajah mereka tampak
begitu bahagia menyambut hari rayanya setahun sekali ini.
.
Sebelum
pergi ke salat Idulfitri disunnahkan untuk sarapan terlebih dahulu sebagai
tanda bahwa hari itu umat muslim telah berbuka dari puasa Ramadhan sebulan
lamanya. Sepulang dari salat Idulfitri, kaum muslim di Indonesia khususnya akan
bersilaturrahim kepada tetangga, sanak saudara, handai taulan, teman, guru,
dst. Anak kecil berlarian kesana kemari memamerkan baju mereka satu sama lain.
.
Saya
teringat pada satu hadis Nabi yang menceritakan seorang anak yatim yang
ditinggal mati orang tuanya sehingga tak mampu berhari raya dengan bahagia
seperti kawan-kawan sepermainannya. Lalu, ia pun dihampiri oleh Rasulullah.
Anak yatim tersebut berkata,
“Bagaimana
aku bisa bahagia, sedangkan orang tuaku telah mati ketika berperang bersama
Rasulullah di medan perang beberapa waktu lalu.”
Anak
yatim tersebut tidak tahu bahwa ia sedang dihampiri dan ditanya oleh
Rasulullah. Lalu Rasulullah menimpali,
“Janganlah
menangis nak, maukah bila Rasulullah menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali
menjadi pamanmu, Hasan dan Husain saudaramu?”
Anak
yatim tersebut lantas berhenti menangis dan begitu bahagia mendengar penuturan
Rasulullah. Lalu, Rasulullah mengajaknya pulang untuk kemudian dimandikan,
diberi makan, diberikan baju yang bagus kemudian kembali ke teman-temannya
untuk bermain. Sejurus kemudian, temannya bertanya kepadanya,
“Gerangan
apa yang membuatmu begitu bahagia?”
“Bagaimana
perasaanmu bila Rasulullah menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi
pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu? Aku mendapatkan kesemuanya
sampai-sampai aku ingin menggenggam dunia seisinya.”
“Oh,
andai saja orang tua kami meninggal dalam jihad bersama Rasulullah, niscaya
kami akan menjadi seperti itu.”
.
Dari
kisah tersebut tampak jelas bahwa Rasulullah mengajarkan kita untuk menyantuni
anak yatim dan mereka yang membutuhkan. Maka, tidak ada salahnya di hari
bahagia ini, kita berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan uluran
tangan kita. Kita cek anggota keluarga kita, sudahkah mereka hidup layak?
Apakah saudara-saudara kita yang yatim mendapatkan kehidupan seperti yang kita
rasakan? Bila belum, maka berusahalah mulai sekarang untuk memperhatikan
mereka. Bila tidak bisa dengan dana, setidaknya berikan sedikit solusi, tawaran
pekerjaan, berilah nasihat, hiburan-hiburan dan candaan ringan agar dunianya
tak lagi suram seperti sebelum-sebelumnya. Maka, semoga kita nanti dikumpulkan
bersama Rasulullah yang jaraknya sebatas jari telunjuk dan jari tengah sebab
kita menyantuni anak yatim. Dan semoga hari raya yang kita jalani dari tahun ke
tahun senantiasa menuai hikmah yang terus bertambah sehingga menambah ketebalan
iman kita kepada Pencipta. Tak hanya seremonial belaka.
.
@muhamin25
| 25 Juni 2017