Saya sering mempertanyakan hal ini pada
diri sendiri. Cepatnya perputaran informasi, berbagai berita silih berganti
hanya dalam hitungan detik. Milyaran foto diunggah dan diunduh setiap harinya.
Lalu, kita mencoba masuk ke dalamnya. Apa sesungguhnya yang kita cari? Atau
pertanyaan sebaliknya, apa yang akan kita berikan melalui sosmed?
.
Beruntung saya satu tahun terakhir
dikenalkan pada grup menulis. Dimentori oleh Brili Agung, seorang sarjana
ekonomi, pengusaha, penulis puluhan buku, punya visi mencetak penulis-penulis
handal di masa mendatang. Dari situ, saya belajar menggunakan sosial media
dengan bijak. Mentor ini memiliki banyak program menarik seputar kepenulisan
dan public speaking. Saya sungguh tertarik dan berharap suatu saat dapat
berguru kepadanya. Sementara ini, saya mengikuti kelas menulis online melalui
whatsapp.
.
Setelah beberapa bulan berjalan, saya
mengenal banyak penulis-penulis muda. Ada Rezky Firmansyah, Darmawangsa, Mas
Tony, Wildan Fuady, Selizar Efendy, Dehuji, Saad Mochtar, dll. Dari situlah
gairah menulis saya muncul. Akhirnya saya tahu ada program 30DWC (30 Days
Writing Challenge), ada pula yang membiasakan menulis apa pun sampai terkumpul
100 tulisan selama 100 hari. Saya putuskan untuk mengikuti cara terakhir untuk
membangun kebiasaan menulis setiap hari.
.
Apa pun bila dicari ilmunya dan diberi
komitmen yang kuat tentu akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Seperti kata
pepatah, hasil tak akan pernah mengkhianati usaha. Tulisan yang saya bagikan
beragam, mulai ulasan ceramah para ustadz, pengalaman pribadi, perenungan
mendalam terhadap fenomena yang terjadi, menangkap hikmah dari peristiwa, dll.
Pada intinya, marilah mewarnai sosial media dengan hal-hal yang bermanfaat.
Salah satunya melalui tulisan. Bagikan tulisan yang menggugah semangat orang
lain untuk berubah. Berubah ke arah yang lebih baik. Niscaya di kemudian hari
akan dipetik jariyah yang tak pernah kau duga sebelumnya. Mari terus berkarya
mencerdaskan anak bangsa.
.
@muhamin25 | 2 Juni 2017