Awal tahun selalu menjadi momen yang asyik dan seru. Impian berhamburan. Harapan bertebaran bak serbuk bunga yang diterpa angin.
Saya pun menjalani hal serupa. Bangun pada awal tahun dengan semangat baru. Malam hari sebelumnya, sudah merencanakan akan melakukan ini dan itu, mau menggapai mimpi A, B, C, dan seterusnya.
Selepas Subuh, saya membaca kalam Ilahi dan menulis beberapa hal di catatan gawai. Saya belum sempat menuliskannya di blog, apalagi media sosial.
Karena awal tahun ini Jumat, menjelang Zuhur, saya segera bersih diri dan berangkat ke masjid untuk menunaikan salat Jumat.
Pulang dari salat Jumat, segera makan siang. Setelah santap siang, niat awal mau melanjutkan menyunting naskah komunitas. Namun, sebuah panggilan WhatsApp masuk. Ternyata dari Ayah.
Setelah salam, tanpa basa-basi Ayah memberi tahu kalau Mas Antok, suami Mbak Tutik yang biasa memasak untuk orang tua saya, meninggal dunia.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Hanya kalimat itu yang meluncur. Saya bersama istri lantas bersiap-siap untuk takziah. Kami harus berkendara sekitar setengah jam menuju rumah Mas Antok.
Sekitar pukul 2 lewat sekian menit, kami sampai di kediaman duka. Orang sudah ramai berkumpul berbelasungkawa atas kematian Mas Antok.
Ketika saya sampai, proses pemandian jenazah akan segera dimulai. Proses memandikan membutuhkan waktu hampir satu jam.
Tak terasa Asar pun tiba. Azan berkumandang dari musala terdekat. Saya menunaikan salat Asar terlebih dahulu. Jenazah sedang dikafani dan kabarnya masih menunggu Dinda, anaknya yang sedang perjalanan.
Menjelang pukul 4 sore, kami mensalatkan jenazah, lalu memakamkannya di pemakaman Kauman. Petakziah putra bersama-sama mengantarkan Mas Anthok menuju peristirahatan terakhir.
Proses pemakaman berjalan cepat dan lancar. Sekitar pukul 16.30 para petakziah pulang ke rumah masing-masing.
Kematian memang misteri. Tak ada yang tahu kapan ia akan bertandang menghampiri kita masing-masing.Ketika ia datang, tak dapat diundur sedetik pun. Pun kalau kita tahu, juga tak mampu diajukan barang sedetik.
Mungkin kita mengira bahwa pergantian tahun akan diikuti impian yang begitu banyak dan luapan kebahagiaan. Nyatanya, peringatan kematian sudah cukup untuk berpikir kembali sudah benarkah mimpi yang kita susun.
Sudahkah impian tersebut melahirkan bekal untuk kita nanti di alam akhirat? Sudahkah ibadah kita sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga semakin menyempurnakan bekal kita kelak di akhirat?
Cukuplah kematian sebagai nasihat. Begitulah hadis Nabi meriwayatkan tentang kematian. Maka, sudahkah kita mengambil pelajaran berharga dari kematian?
Al kayyisu man daana nafsahu wa ‘amila limaa ba’dal mauti. Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Begitu sabda Nabi kepada kita.
Sungguh memang benar bila kehidupan dan kematian berdampingan begitu dekat. Saat ada kelahiran, pada saat yang sama ada pula kematian. Di antara keduanya, kita diberi kesempatan untuk memilih keputusan-keputusan terbaik agar tak menyesal pada akhirnya.
Pada akhirnya, semoga pesan-pesan kematian benar-benar sampai pada pikiran dan hati kita sehingga kian berhati-hati dalam melangkah dalam hidup yang singkat dan fana ini.
Wallahu a’lam bis shawaab.
#odopicc #30hbcicc #30haribercerita #indonesiancontentcreator #odopiccday3
Jumlah kata: 445
Submitted to ODOP ICC 2020