Hari-hari ini, Indonesia dalam keduakaan mendalam. Awal tahun diliputi musibah di sana-sini. Mulai dari pesawat jatuh di Kepulauan Seribu, banjir di berbagai tempat, gunung meletus, dan gempa bumi.
Bila menilik Al-Qur’an, salah satu penyebab kerusakan di atas muka bumi adalah karena ulah manusia sendiri. Kejadian-kejadian di atas salah satu penyebabnya tentu ada andil manusia di dalamnya. Melihat kejadian-kejadian tersebut, tentulah kita akan tersadar tentang bagaimana interaksi kita dengan alam dan lingkungan.
Coba perhatikan sekitar. Kita kadang tidak sadar membuang sampah sembarangan. Kalaupun kita sudah membuang sampah pada tempatnya, kita kadang malas mengingatkan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Di lain kesempatan, kita yang punya sumber daya berlebih ingin menguasai kayu-kayu dengan menebang hutan tanpa izin. Hutan-hutan terlihat rimbun hanya dari pinggir jalan, tetapi nyatanya bagian tengahnya sudah dijarah oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Bagi kita yang punya kuasa untuk membuat kebijakan, kita masih saja berkutat dengan urusan lain dan mengesampingkan masalah lingkungan. Kita masih lebih memilih memajukan ekonomi daripada mengedepankan isu-isu lingkungan hidup yang sesungguhnya menjadi konsumsi kita semua.
Bagi kita para pegiat lingkungan hidup. Kadang-kadang masih terhenti pada retorika berbusa-busa di berbagai forum nasional, bahkan hingga dunia, tetapi pengamalannya nihil dan tidak dirasakan oleh masyarakat.
Pegiat lingkungan hidup memang sudah berkontribusi lewat opini dan beberapa aksi tentang lingkungan, tetapi kadang masih belum manyasar sumber utama mengapa alam bisa serusak ini.
Bagi kita para cendekiawan yang masih peduli dengan lingkungan hidup juga sering kali didera keraguan pada pengamalan nyata. Masih asyik berputar-putar pada teori ini dan itu, menguji ini dan itu, tetapi tidak segera beraksi.
Patutnya para cendekiawan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait sehingga gagasan-gagasan bisa segera terwujud nyata dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Bagi para pengembang teknologi hayati juga sudah waktunya memperkenalkan dan bekerja sama dengan pihak terkait supaya inovasi-inovasi teknologi semakin dirasakan manfaatnya oleh masayarakat. Misalnya bekerja sama dengan LIPI atau sumber-sumber pendanaan teknologi hayati lainnya.
Bagi para pahlawan tanpa tanda jasa, jangan lupa untuk mengenalkan keanekaragaman hayati dan ajak anak didik untuk terus peduli dengan lingkungan. Mulai peduli dengan mengetahui, mempelajari, juga mengaplikasikan apa yang didapatkan di dalam ruang kelas pada kehidupan sehari-hari.
Pada akhirnya, setiap kita punya peran penting dalam terwujudnya lingkungan yang kondusif dan baik bagi kita manusia, juga bagi makhluk hidup lainnya.
Semoga renungan-renungan di atas tidak berhenti pada renungan belaka, tetapi bisa memberi paling tidak sedikit motivasi untuk terus peduli dengan lingkungan hidup. Harapannya anak cucu kita kelak bisa menikmati hasil dari kepedulian dan tentu saja terus melestarikan alam dan tidak mengekspoitasinya demi memenuhi isi perut mereka masing-masing.
Keep inspiring through writing!
#odopicc #30hbcicc #30haribercerita #indonesiancontentcreator #odopiccday22 #lingkungan #pedulilingkungan #environtment #day50 #22012021