Kemarin malam, ODOP ICC bersama mubadalah.id mengadakan sharing kepenulisan. Temanya tentang cara menulis novel viral. Pematerinya adalah penulis novel Dua Barista, Mbak Najhaty Sharma.
Mbak Najhaty membagi pembahasan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kekuatan cerita, sedangkan bagian kedua adalah marketing.
1. Kekuatan Cerita
Mengenai kekuatan cerita, ketika menulis novel, kadang kala kita harus menurunkan idealisme agar buku kita mudah bertemu target pasar atau agar diterima pasar.
1.1. Fokus Membuat Konstruksi Cerita
– Usahakah agar tokoh benar-benar ada. Hal ini sangat penting supaya pembaca mau menyelesaikan membaca novel yang kita tulis.
– Latar pun harus latar yang dikuasai.
– Gali juga perasaan pembaca. Buat pembaca seolah merasakan apa yang ditulis dalam novel.
– Menentukan konflik. Konflik inilah yang menjadikan cerita hidup.
– Solusi. Padangan kita terhadap cerita seperti ap. Bagainana kita mengakhiri cerita. Kita bayangkan seolah jadi tokoh utama dan tahu bagaimana pengalaman ketika berinteraksi dengan orang lain.
Hal-hal di atas tidaklah instan dan melalui perjalanan panjang.
1.2. Latihan bertahun-tahun tanpa henti
Ketika kita bisa latihan sepanjang waktu, nantinya kita akan menemukan formula sendiri ketika menulis.
1.3. Membangun konstruksi cerita
Terutama tentang plot. Ada perbedaan antara plot dan alur. Plot harus berkesinambungan supaya alur tidak sia-sia. Dalam plot, karakter tokoh mewarnai setiap bagian yang ditulis. Alur dibiarkan mengalir begitu saja dan tidak harus terkait satu sama lain.
1.4. Mempelajari hal-hal yang tidak membuat bosan pembaca dengan plot twist di akhir tiap bagian
Kita bisa mendapatkan inspirasinya dari komentar warganet pada tulisan yang kita share di Facebook misalnya. Kemudian kita catat juga apa yang membuat kita pribadi bosan untuk melanjutkan membaca.
1.5. Perbanyak dialog, bukan percakapan
Buat dialog sebagai bagian dari konstruksi cerita. Dialog ini akan menggambarkan karakter tokoh-tokohnya. Harapannya pembaca bisa menghubungkan satu cerita dengan cerita lain melalui dialog yang ada.
1.6. Show don’t tell dalam menggambarkan karakter tokoh
Jangan bilang tokoh bijaksana atau marah, tetapi tunjukkan bagaimana ekspresi tokoh ketika marah atau perilaku tokoh yang menggambarkan perilaku bijaksana.
1.7. Memasukkan motivasi ke dalam cerita
Tentunya dalam keseharian kita punya motivasi tertentu yang bisa jadi dibutuhkan dalam cerita. Nah, selipkan motivasi tersebut dalam cerita yang sedang ditulis.
1.8. Perhatikan judul dan pembuka cerita
Mengapa harus diperhatikan? Karena dari judul dan pembuka yang menarik, pembaca akan setia membaca cerita sampai selesai.
1.9. Perhatikan kesesuaian karakter sehingga menyentuh perasaan pembaca
Sekarang masuk pada bagian marketing.
2. Marketing
Marketing ada dua macam, organik dan nonorganik. Organik berarti kita mengandalkan interaksi dengan pembaca. Nonorganik melalui iklan di Facebook dan Instagram misalnya.
2.1. Perhatikan di mana kita promosi
Setiap tempat promosi punya karakter dan cara promosi masing-masing. Kita harus paham dan menyesuaikan cara kita berpromosi sesuai platform yang dipilih.
2.2. Perhatikan target pasar
Siapa yang kita bidik? Bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, anak-anak? Tentukan dulu target pasarnya.
2.3. Buat tim pemasaran yang solid
Kita bisa memanfaatkan jaringan yang kita punya. Misalnya keluarga, teman, kolega kerja, komuntas, dan sebagainga untuk membantu pemasaran buku. Mungkin awalnya kita minta bantuan, tapi biasanya lama-kelamaan mereka akan membantu dengan sukarela.
2.4. Menggunakan strategi covert selling
Intinya buat pembaca menikmati cerita yang kuta sajikan. Biarkan mereka tenggelam dengan karakter dan cerita yang ditulis. Jangan dijejali dengan paksaan membeli buku. Fokus menulis setiap bagian cerita dengan baik, bagikan, dapatkan umpan balik dari pembaca. Nah, nanti ketika sampai bagian tertentu, kita baru tawarkan buku untuk membeli kalau memang ingin tahu kelanjutan ceritanya.
Tanya Jawab
Ada banyak pertanyaan yang masuk dari peserta sharing kepenulisan semalam. Berikut pertanyaan sekaligus jawabannya. T (tanya) dan J (jawab).
1. T : Apakah Mbak Najhaty punya buku catatan khusus untuk menulis buku?
J : Biasanya pakai Google Keep karena bisa menulis di mana saja ketika ada inspirasi. Mencari yang telah kita tulis pun menjadi lebih mudah dengan fitur Search.
2. T : Berapa lama penulisan novel ini? Apakah pakai riset?
J : Menulisnya sebetulnya setahun bisa selesai, tetapi perbaikan bisa terus-menerus setelah penulisan selesai. Tentu ada riset, terutama untuk latar. Beruntung latarnya sangat dekat dengan penulis sehingga tidak terlalu susah. Tokoh pun mudah dicari.
3. T : Bagaimana cara agar fokus ke cerita?
J : Biasanya penulis semangat di awal, tetapi ketika di tengah-tengah berhenti dan ingin menulis cerita baru. Dalam buku ini, penulis tidak judging, tetapi lebih menawarkan dan menggambarkan feel, risiko dari perilaku tertentu. Untuk endingnya pun perlu latihan berkali-kali. Ketika buntu, jangan dipaksakan. Istirahat dulu sejenak. Jangan bosan untuk melanjutkan cerita. Jangan lupa juga doa orang tua.
4. T : Bagaimana tips menciptakan tokoh dengan karakter yang kuat?
J : Karakter yang kuat berarti satu tokoh punya banyak karakter. Karakter kuat tiap tokoh bisa didapat dengan melihat masa lalu sang tokoh. Di buku 2 Barista, penulis memakai karakter pasaran agar disukai pembaca. Gambarkan karakter sebagaimana adanya di dunia nyata dan sesuai pakemnya. Misalnya orang desa rata-rata lugu, pemikirannya masih terbatas pada hal tertentu. Orang kota biasanya ketika memandang sesuatu lebih ke materi.
5. T : Sudah habis berapa buku catatan untuk menulis novel? Apa yang berubah dari diri penulis setelah menulis novel?
J : Untuk 2 Barista pakai Google Keep. Kalau dulu ketika usia 15 sampai 20 tahunan masih pakai buku catatan. Perubahannya banyak. Penulis bertemu komunitas kepenulisan, mengisi bedah buku di berbagai pesantren, bertemu banyak orang baru, semakin terlatih dalam public speaking, banyak belajar sehingga menjadi pribadi yang lebih produktif.
6. T : Bagaimana jika kita meniru lonstruksi kepenulisan dari novel yang sudah ada (terbit)?
J : Untuk awal sih boleh-boleh saja. Namun, kalau memang serius menulis novel, penulis lebih disarankan untuk melihat sisi originalitas.
7. T : Bagaimana ketika menulis novel, ternyata ada cerita yang sangat mirip dan itu sudah terbit lebih dulu?
J : Mirip sih wajar, tetapi penulis seperti saya lebih memilih untuk menghindari kemiripan itu.
8. T : Apakah latar luar negeri lebih menjual?
J : Tidak selalu, yang penting adalah bagaimana cerita dikemas agar menarik untuk dibaca. Maka, kuasai latarnya dengan baik.
Keep inspiring through writing!
#odopicc #30hbcicc #30haribercerita #indonesiancontentcreator #odopiccday21 #menulissharingsession #kepenulisan #penulisbuku #menulisbuku #penulisnovel #menulisnovel #day49 #21012021