Kembali Ke Atas
Beranda
Kota Malang
Kuliner
Makanan
Minuman
Rekomendasi
Kuliner Kota Malang yang Saya Rindukan
Muhammad Amin Muhammad Amin
Januari 04, 2021

Kuliner Kota Malang yang Saya Rindukan

Kuliner Malang yang Saya Rindukan
Designed with Canva

ODOP ICC hari ini bertema kuliner. Sejujurnya ini kali pertama saya menulis tentang kuliner. Maklum, fokus utamanya ke yang lain.

Namun, baiklah. Saya akan coba tulis tentang kuliner. Sebelumnya, kita perlu tahu dulu dong apa sih kuliner itu?

Setelah mengecek di Kamus Besar Bahasa Indonesia V versi aplikasi Android, ternyata kuliner diartikan sebagai berhubungan dengan masak-memasak.

Wah, saya sendiri baru tahu kalau arti sebenarnya seperti itu. Awalnya saya kira kuliner adalah makanan, minuman, atau semacam tata boga.

Berarti kuliner bisa punya cabang yang banyak. Mulai dari teknik memasak, bahan memasak, yang memasak, dan apa yang dimasak.

Berkaitan dengan apa yang dimasak, berarti berbagai produk makanan, minuman, olahan dapur adalah kuliner.

Setelah tahu kuliner seperti apa. Saya ingin fokus pada olahan dari masak-memasak di dapur. Saya akan berbagi masakan atau lebih tepatnya makanan dan minuman yang saya rindukan ketika berada di Kota Malang.

Sudah 11 tahun lebih saya tinggal di Kota Malang. Bisa dikatakan Malang adalah kota kedua setelah kota kelahiran saya, Bojonegoro.

Setiap kota tentu memiliki ciri khas masakannya masing-masing, tak terkecuali di Kota Malang.

Berikut beberapa makanan dan minuman yang sangat saya rindukan dari Kota Malang.

Disclaimer: ini adalah preferensi pribadi, bisa jadi Anda berbeda preferensi dengan saya.

1. Bakso Malang

Sebenarnya bakso bisa ditemui di mana-mana. Namun, bakso Malang ini beda aja menurut saya. Kalau dibawa ke daerah kota kelahiran, bakso Malang diaebut bakwan.

Susunan tahu, pentol, siomai, mie, sayuran, plus kuahnya bikinn nagih. Apalagi kalau kuah baksonya punya resep khusus. Duh, tambah maknyus deh.

2. Mie Iblis

Sederhananya mie Iblis adalah mie pedas. Pedasnya berlevel-level, bahkan ada yang angel. Tingkat angel berarti tanpa cabai.

Kalau di Malang yang terkenal ada Mie Kober Soehat atau Kober Mie Setan Bromo. Tentunya masih ada Mi Gacoan dan tempat lainnya yang menjual hal serupa.

3. Nasi Uduk Ayam Goreng Warung Bambu

Kalau siang hari, biasanya saya membeli menu ini. Tempatnya di perempatan ITN Malang.

Tempatnya memang tidak luas, tetapi masakannya boleh banget dicoba. Mantul.

4. Nasi Goreng UB

Ini istilah yang entah siapa yang membuat, apakah kami sendiri ataukah pelanggan lainnya yang membuat.

Lokasinya agak masuk ke gang di daerah belakang Universitas Brawijaya. Cukup banyak nasi goreng pinggir jalan yang berjualan, tetapi yang satu ini jualan di rumah. Kalau tidak rumah, mungkin kontrakan, saya kurang tahu.

Tempatnya memang tidak luas dan sangat terbatas, tetapi nasi gorengnya selalu enak untuk dinikmati. Racikan bumbu yang khas adalah kuncinya. Ketika saya membeli di tempat ini, kondisinya lebih sering ramai daripada sepi.

5. Conpanna Koffee

Nah, yang kelima adalah warung kopi. Letaknya dekat dengan SMA Sabilillah. Saya biasanya datang pagi-pagi, memesan segelas kopi sembari membaca buku dan menikmati alunan musik yang aduhai.

Saya tahu warung kopi ini dari ulasan Raditya Riefananda, pernah jadi mentor menulis beberapa waktu lalu di sebuah komunitas literasi.

Tempatnya yang agak jauh ke dalam, jauh dari kerumunan cocok buat kalian yang suka menyepi dan menyendiri. Cari waktunya aja yang pas. Kalau sore sampai malam sih seringnya ramai.

Ya, itulah lima kuliner yang saya rindukan dari Kota Malang. Ini bukan berarti lima hal di atas tidak ada di tempat lain, tetapi kenangan dan situasi dari kelima tempat di ataslah yang membuat saya selalu rindu untuk kembali ke Kota Malang.

#odopicc #30hbcicc #30haribercerita #indonesiancontentcreator #odopiccday4 #kuliner #kulinermalang #baksomalang #mieiblismalang #nasiudukayamgoreng #warungbambuITN #nasigorengUB #conpannakaffe #04012021

Jumlah kata: 500

Submitted to ODOP ICC

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)