Dalam bahasa Arab, istilah persahabatan disebut dengan musahabah. Akar katanya adalah shaahaba-yushaahibu-mushaahabah. Bersahabat, bersaudara.
Islam mengajarkan umatnya untuk saling bersaudara. Banyak perintah dalam Al-Qur’an yang mengindikasikan hal tersebut, misalnya surat Ali Imran ayat 103
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًۭا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءًۭ فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًۭا
Artinya:
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara …
Selain ayat di atas, ada juga perkataan ulama terkait persahabatan, berikut di antaranya,
“Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali.”
Imam Syafi’i
Dari perkataan Imam Syafi’i di atas dapat kita pahami bahwa memang kenyataannya mencari teman yang selalu mendukung dalam ketaatan tidaklah mudah. Jumlah mereka semakin sedikit, terlebih bila mereka adalah yang masuk dalam kategorikan ulama, maka jumlah mereka pun semakin sedikit dari hari ke hari.
Tidak mengherankan bila Imam Syafi’i menyatakan pentingnya mencari dan mempertahankan teman yang senantiasa mengingatkan dalam ketaatan. Nyatanya, nafsu terkadang lebih banyak menguasai diri kita daripada hati yang jernih. Nah, di sinilah peran penting teman yang bisa mengingatkan dalam kebaikan dan ketaatan.
Perihal melepaskan teman yang baik begitu mudah, coba kita perhatikan bagaimana interaksi kita dengan mereka. Kita perlu pahami bahwa kebaikan memang diliputi oleh hal-hal yang biasanya berat atas diri. Sebaliknya, keburukan terlihat dilingkupi oleh hal-hal yang menyenangkan. Namun, jangan sampai kita terpedaya karena kebaikan, walaupun berat, tetapi balasannya surga. Keburukan, meskipun dikelilingi oleh kesenangan, tetapi balasannya neraka. Kita patut mengingat hal tersebut.
Nah, kalau kita memperturutkan nafsu, maka lambat laun kita tidak mengindahkan lagi nasihat dari teman baik. Kita pun meninggalkan mereka perlahan sampai-sampai kita tidak sadar telah terjerumus dalam kemaksiatan.
Maka, dari fenomena di atas, kita bisa paham mengapa Imam Syafi’i sampai memerintahkan kita untuk mempertahankan teman baik tersebut.
Teman baik juga bisa memberi contoh yang baik dalam kehidupan. Sebuah mahfuzat menyatakan bahwa akhlak buruk itu menular, bahasa Arabnya “suu’ul khuluqi yu’dii“.
Pada sisa kehidupan kita, marilah mencari teman-teman baik supaya segala hal dalam hidup penuh dengan kebaikan. Tidak hanya kebaikan di dunia saja, tetapi juga kebaikan di akhirat kelak.
Wallahu a’lam bis shawaab.
Keep inspiring through writing!
#odopicc #30hbcicc #30haribercerita #indonesiancontentcreator #odopiccday26 #sahabat #sahabatbaik #sahabatuntiljannah #persaudaraan #day54 #26012021